Selamat Datang di blog ini!!
Ini adalah blog yang berisi fanfiction dan beberapa pengalamanku seputar dunia Pokemon.
Enjoy your stay, and don't forget to link back!!


Friday, August 27, 2010

Bagian 7 - Menyusup Masuk!

Di kamar kami di Pokemon Center, aku dan Sunny telah membulatkan tekad kami. Kami akan mengalahkan bos mereka, si pria paruh baya berjas hitam itu, apapun yang terjadi! 

"Tapi..." sejenak suara Sunny berubah ragu. "Apa kita bisa? Mereka ada begitu banyak, dan lawannya berbeda dengan orang-orang yang dulu kita lawan di Gunung Moon..." katanya lirih. Wisper yang tadinya tertidur di pangkuannya, bangun dan menatap wajahnya.

"Tapi kita mana bisa membiarkan hal seperti ini berlarut-larut!" sahutku kesal. Kejadian tadi siang benar-benar membuatku marah. Selama ini, aku besar dikelilingi bermacam-macam Pokemon--penghuni Safari Zone, Pokemon milik Ayah, Ibu, kakak, Trainer di Gym ayah, dan banyak lagi. Aku memang pernah menerima perlakuan brutal dari Pokemon--serangan Tauros itu--tapi itu semua mereka lakukan karena mereka merasa terganggu. Sementara Pokemon di sini sama sekali tidak mengganggu, kenapa mereka membunuhnya?

Baru saja aku hendak membenamkan mukaku ke bantal, tiba-tiba PokeGear-ku berdering. Ah, rupanya Janine yang menelepon. "Halo?"

"GYAAAAA!!!! LUNA KAU BAIK BAIK SAJA KAN GIMANA DI LAVENDER TADI AKU DENGAR ADA SERANGAN TIM ROKET TAPI KAMU NGGAK PAPA KAN YA KAN YA KAN?!!" Uwah, aku tersentak sendiri. Ia meneriakkan kata-kata itu tanpa sedikit pun tarikan napas! Aku hanya mendesah. "Iya, aku nggak apa-apa kok, tenang."

Di seberang telepon hening sejenak, namun aku bisa mendengar ia sedang berbicara dengan ayah dan ibu juga. "Kami dengar berita tentang penyerangan di Kota Lavender. Kata Prof. Oak, kamu dan Sunny sedang ada di sana, kamu benar nggak apa-apa?"

"Berapa kali sih aku bilang, badanku masih utuh kok!" omelku.

"Bagus deh..." ujarnya. Ia terdengar lebih tenang. Agak lama, baru dia berbicara lagi. "Lalu bagaimana rencanamu?"

Oh yeah, apakah aku lupa memberitahu? Kakakku Janine ini suka sekali melakukan hal-hal konyol di luar batas, dan sepertinya aku mendapatkan turunan sifat yang sama. Yang dimaksud kakakku jelas, kira-kira apa yang akan aku lakukan untuk mengalahkan Tim Roket?

"Uhm..." aku berpikir sejenak. "Nggak tahulah."

"JAWABAN MACAM APA ITU?!" hardiknya demikian keras, sampai-sampai PokeGear-ku terlepas. "Ya mau gimana lagi! Memangnya kakak ada rencana?" balasku. Lagi-lagi dia terdiam sejenak, kali ini sampai sekitar 5 menit.

"Aku akan ke sana besok, dan kita terobos markas mereka bersama-sama! Jadi siapkan dirimu!" ujarnya serius. HAH? GITU DOANG?! marahku dalam hati. Tapi cepat-cepat ia menambahkan, "Tahu Sabrina kan? Dia teman baikku, jadi kita juga bisa minta bantuannya."

Uhm, sepertinya tidak buruk. Aku tahu Sabrina. Ia adalah Ketua Gym termuda di Kanto, ahli menggunakan Pokemon tipe Psikis, dan seorang jenius sejati!

"Memangnya Kak Sabrina di mana?" tanyaku penasaran.

"Dia selama ini berlatih di Victory Road. Kurasa waktunya masih cukup kalau aku menghubunginya sekarang."

"Jadi kau BELUM menghubunginya?!" omelku. Dasar, ia selalu saja bertindak tanpa perencanaan!

"Tenang saja, aku yakin dia juga sudah mendengar kabar ini dan pasti langsung setuju pada rencana kita. Pokoknya, kau dan Sunny harus siap besok malam! Aku akan langsung terbang ke Celadon sekarang juga, jadi kita serang dari dua arah!" serunya cepat, sebelum akhirnya ia menutup telepon. Klik!

"Itu tadi kakakmu?" tanya Sunny tiba-tiba. Aku menoleh. "Iya... kau dengar ya? Maaf membangunkanmu,"

"Nggak apa-apa! Jadi... kakakmu akan membantu kita?" tanya Sunny. Matanya sekejap berubah terang lagi. Kuduga ia seorang yang setipe dengan kakakku yang absurd itu. "Yah begitulah, berharap saja besok kita berhasil!" ujarku.

Malam itu, aku sama sekali tak bisa tidur. Aku sudah tidak sabar untuk melakukan aksi kami besok malam!

***

Petang harinya, aku dan Sunny sudah bersiap-siap. Kami mengunjungi rumah Pak Fuji untuk mohon izin. tapi begitu aku melangkah masuk, tiba-tiba Cubone yang kemarin datang dan menarik-narik bajuku.

"Ah, kalian datang, pas sekali," ujar Pak Fuji yang muncul dari ruang belakang. "Kurasa Cubone itu mau bergabung dengan kalian."

Aku menatapnya lekat-lekat. Dua mata kecilnya tersembunyi di balik tengkorak yang dipakainya sebagai pelindung kepala. Aku melihat ada cahaya yang berapi-api di sana. Yeah, aku bisa mengerti bagaimana perasaannya kemarin.

"Jadi kau juga ingin mengalahkan mereka...?" tanyaku. Ia diam saja, kemudian, mengangguk. "Baiklah," aku pun mengeluarkan sebuah Luxury Ball dan melemparkannya ke arah Cubone. PLOP!

Bola Monster bergerak-gerak, lampunya berkedap-kedip, sampai akhirnya diam. Gotcha! aku mendapatkan Cubone!

"Baiklah, mulai sekarang namamu Basher!" ujarku senang. Dan kami mulai melangkah ke Kota Saffron.

Perjalanan menuju Kota Saffron tidak jauh. Ketika sampai di perbatasan, barulah terlihat ketatnya penjagaan. Ada dua anggota Tim Roket yang berjaga-jaga. Tidak masalah, gumamku senang. Aku dan Sunny berjingkat-jingkat di antara semak-semak, sementara Haze mengikuti di belakang.

"Nah, sekarang Haze!" seruku. Haze langsung menggunakan jurus String Shot, benang-benang putih terlihat keluar dari mulutnya dan mengikat kedua penjaga tersebut. Berhasil! Kami pun berlari melewati mereka, dan menginjakkan kaki di Kota Saffron.

Dulu aku pernah ke sini. Di sini sangat ramai, terutama karena di sinilah didirikan perusahaan besar Silph Co. yang menemukan bermacam-macam gadget canggih. Tapi sekarang, kota ini seperti kota mati! Hanya ada beberapa anggota Tim Roket yang berkeliaran, itu pun tidak banyak.

Kami berjingkat-jingkat sampai depan Gym Kota Saffron. Menyedihkan sekali, Gym itu tutup! Kuintip ke dalamnya, kosong sama sekali. Yang kutahu, Kak Sabrina memang menutup Gym-nya untuk sementara karena dia hendak menantang Liga Pokemon. Tapi, kalau ia memang pergi selama itu, apa itu artinya ia tidak tahu soal keadaan kotanya?

"Hei, siapa kalian?!" hardik seseorang. Aku dan Sunny terperanjat dan berbalik. Rupanya itu bukan Tim Roket, melainkan seorang pria yang mengenakan baju karate. "Kalian bukan anggota Tim Roket, kan?" tanyanya lagi. Serentak aku dan Sunny menggeleng. "Kalau begitu, ayo masuk!"

Kami diajak ke dalam sebuah dojo--tempat latihan beladiri bernuansa Jepang--yang terletak tepat di samping Gym. Di sana juga sepi meski tempatnya cukup luas.

Kiyo--begitu nama cowok 17 tahun itu--memberitahukan bahwa Sabrina sudah cukup lama pergi, dan semenjak itu, tidak ada yang bisa menahan Tim Roket untuk menguasai Silph Co. "Memangnya, apa yang mereka inginkan?" tanyaku.

"Mereka menginginkan hasil penemuan terbaru dari Silph Co., yaitu Master Ball, bola yang bisa menangkap Pokemon tanpa gagal."

Wow! Penemuan yang hebat sekali! "Jadi, kau mau kan, membantu rencana kami?" tanya Sunny penuh harap.

Kiyo berpikir sejenak. Kemudian ia menatapku dan Sunny bergantian. "Baiklah! Aku juga akan melakukan apa pun untuk menyelamatkan Kota Saffron!" tegasnya. Aku dan Sunny bersorak senang.

"Aku tahu jalan rahasia, ikut aku!" serunya. Kami pun mengikutinya menuruni tangga, melewati sebuah lorong gelap di bawah tanah. Haze, Wisper dan Hii-kun--Hitmonlee milik Kiyo--dibiarkan di luar untuk berjaga-jaga. Setelah berjalan beberapa lama, akhirnya kami sampai juga. Rupanya jalan itu tersambung dengan sebuah gudang di dalam Silph Co.

Kami berjingkat-jingkat menuju ruangan tempat Giovanni, bos Tim Roket, berada. Namun baru saja kami keluar dari gudang tersebut, kami mendengar bunyi berdebam yang sangat keras. Oh-oh, apa yang terjadi?!

No comments:

Post a Comment