Selamat Datang di blog ini!!
Ini adalah blog yang berisi fanfiction dan beberapa pengalamanku seputar dunia Pokemon.
Enjoy your stay, and don't forget to link back!!


Monday, November 22, 2010

Chapter Spesial #1 - Penerus


Cerita ini mengambil tempat di kediaman Luna, sehari setelah ia terbangun dari pertarungannya melawan Giovanni.

 

Pagi yang cerah. Sinar matahari yang hangat menembus jendela kamarku, terasa sedikit menyengat di kulit kakiku yang telanjang. Hari itu aku agak ogah bangun, karena badanku masih sakit-sakit semua. Tapi karena perutku sudah minta diisi, mau tidak mau aku pun bangkit dari tempat tidurku.

Setelah membereskan kamar dan mandi, aku segera turun ke lantai bawah. Tapi di sana aku hanya mendapati seorang gadis berambut hitam sepanjang dada yang sedang cengar-cengir sambil menikmati sepotong roti bakar di meja makan. Aku mengernyitkan dahi, berusaha mencerna makna pemandangan di depanku. Aiih, aku sampai lupa kalau Sunny masih menginap di rumahku!

“Baru bangun tidur, Tuan Putri?” ledeknya saat aku hendak duduk di sampingnya. Aku tidak menjawab, malah langsung menyambar roti bakar yang tersisa di atas meja. “Uh, yang lain mana?” tanyaku tak acuh.

“Ayahmu mesti kembali bertugas di Liga Johto. Ibumu pergi ke Kota Vermillion—entah untuk apa. Sedangkan kakakmu... uh, dia tidak bilang mau ke mana.”

“Eeh? Mereka semua pergi? Lalu siapa yang menjaga Gym?” tanyaku dengan mulut penuh roti bakar. Sunny mengangkat bahunya. “Aku juga tidak tahu... Mereka tidak bilang apa-apa.”

Friday, November 19, 2010

Bagian 24 - Sebuah Awal yang Baru

            Gelap. 

Di mana ini? Apa aku masih di dalam gua?

Tahu-tahu, begitu kubuka mataku, aku sudah berada di kamarku.

Aku hendak bangkit, tapi mendadak rasa sakit menjalar di seluruh tubuhku. Ugh, pasti karena tadi terkena batu runtuh di gua, menyebalkan!

“Sudah sadar rupanya?” tanya Kak Janine yang masuk ke kamar. Aku menoleh. “Sunny mana?”

“Oh, dia sudah bangun lebih awal, jadi dia sedang main-main di Safari Zone,” sahut kakak. Lalu kemudian aku teringat sesuatu. “Ah ya! Bagaimana dengan Haze?!”

“Dia tidak apa-apa,” ujar kakak. “Tapi... Kerusakan pada sayapnya agak parah, mungkin dia tidak akan bisa bergerak segesit dulu lagi.”

Aku hanya tertunduk. Ini semua salahku!

Kak Janine duduk di sampingku. “Jangan menyalahkan dirimu sendiri, itu bukan salah siapapun!” hiburnya. Tiba-tiba ayah masuk ke dalam kamar.

“Ayah?” gumam kakak. “Tidak ada tanda-tanda kebangkitan Mewtwo, kurasa dia sudah terkurung jauh di dalam. Tenang saja,” ujarnya. Tiba-tiba aku teringat lagi ucapan Charon dulu. “Ayah... apa benar kau dulu anggota Tim Roket?”

Bagian 23 - Pertarungan Terakhir

“Hahahaha!!! Bagaimana, kau suka hadiah dari Mewtwo? Itu masih belum apa-apa!” seru Giovanni. “Mewtwo, serang mereka!”

Bugghh!! Pukulan brutal Mewtwo berhasil ditahan oleh Spelo. “Pengecut! Beraninya menyerang Trainer tanpa Pokemon, lawanmu adalah aku!” seru Sunny geram. Spelo menyemburkan air yang membuat Mewtwo mundur beberapa langkah, tapi tak lebih dari itu. Sementara itu, dengan sekuat tenaga aku mengangkat batu yang menimpa tubuh Haze. Oh tidak... Sayap kanannya robek parah!

“Sekarang giliran kalian, Latte, Basher!” ujarku sambil memasukkan lagi Haze ke dalam Pokeball-nya. Aku tidak sanggup memikirkan keadaan Haze nantinya. “Latte, Sky Attack! Basher, Bonemerang!”

Whutt!!! Lemparan tongkat Basher berhasil dihindari Mewtwo dengan mudah, tapi itu cuma pengecoh. Dengan kecepatan penuh Latte menyerang Mewtwo yang lengah dari belakang. Pokemon itu terjerembap.

“Tidak semudah itu! Mewtwo, Psycho Cut!!”

Bagian 22 - Bangkitnya Mewtwo

Agak lama kami menyusuri terowongan itu. Panjang sekali! Aku dan Sunny sudah setengah tertidur ketika sampai di ujungnya. 

"Huff... Huahm... Akhirnya..." gumam Sunny ketika aku memasukkan Latte kembali ke PokeBall-nya.

"Di mana Proton dan Giovanni?" bisik Sunny. Ia celingukan melihat sekeliling, tapi di sana nyaris tidak ada apa-apa kecuali sekumpulan Zubat dan Golbat. Kuperiksa PokeGear-ku, sudah jam 3 pagi! "Sebaiknya kita cepat," gumamku sambil menguap.

Sudah cukup jauh kami berjalan ketika tiba-tiba dinding gua itu berguncang. Bebatuan kecil berjatuhan dari langit-langit. Dari kejauhan, terdengar bunyi berdebam yang keras. "Apa itu?!" tanya Sunny takut.

"Mana kutahu... Mungkin itu mereka," sahutku pelan. Kami kembali berjalan menyusuri gua sampai akhirnya ...

"Kalian!!" seru Sunny. Tak jauh dari tempat kami berdiri, adalah Proton dan bossnya Giovanni!

Dua orang itu menoleh. "Wah wah wah... Anak buahku memang payah-payah, sampai-sampai anak kecil seperti kalian bisa meloloskan diri!" cetus Proton. "Bos, apa yang sebaiknya kulakukan pada mereka?"

Giovanni hanya tersenyum. "Apapun yang kau suka... Jangan biarkan mereka menghalangi rencanaku!"

Tuesday, November 9, 2010

Bagian 21 - Terbang di Bawah Tanah!

"Dia memang benar-benar penipu!" geram Sunny dengan suara rendah. Aku sendiri hanya bisa diam. Ada hubungan apa antara Verise dengan Tim Roket? Kurasa, sebagai anak dari orang yang menemukan Mewtwo, ia memang sudah sewajarnya tahu di mana tempat Pokemon itu berada. Dan aku tahu, ia sangat membenci Mewtwo. Tapi... apa iya bisa menyerahkannya semudah itu ke tangan Tim Roket? 

"Sudahlah! Ayo, kita hancurkan saja menara pemancar itu sendiri!" seru Sunny sambil bangkit berdiri. Namun, KLONTANGG!! Ia menyenggol kaleng-kaleng bekas yang ada di sekitar sana. "Bodoh!" hardikku pelan, bersiap-siap untuk kabur. Tapi...

"Siapa di sana?!" tiba-tiba terdengar suara orang berseru. Uh-oh, sial, kami ketahuan! "Lari!" perintahku. Tapi mendadak aku merasakan sesuatu membekap mulutku dengan kuat. Sial, mereka berhasil menangkap kami!

"Bawa mereka ke hadapan bos!" perintah salah seorang anggotanya. Mereka menarik lenganku dengan kasar dan membawa kami ke dalam museum. Di dalam, kami melihat Proton dan Verise, sepertinya sudah menunggu kami.

Bagian 20 - Kekacauan di Bawah Tanah

Di Kota Vermilion, rupanya suasananya lebih parah! Bukan hanya orang-orang mengeluh bahwa peralatan elektronik mereka rusak, tapi para Pokemon juga, entah kenapa, berubah jadi liar dan ganas. Aku dan Sunny tidak berani membiarkan Pokemon kami di luar Pokeball. Ketika sedang berkeliling mencari Kak Janine, kami mendengar bisikan dari semak-semak. Rupanya itu dia orang yang sedang kami cari! 

Tidak seperti biasanya, tanpa banyak omong, Kak Janine menyeret kami ke Rute 11, tepatnya ke depan Gua Diglett. "Nah, aku perlu kalian di sini," akhirnya Kak Janine angkat bicara. "Huh? Perlu untuk apa?" tanyaku tak sabar.

"Kau lihat para Pokemon di luar sana? Mereka berubah menjadi liar dan nyaris tak terkendali, begitu juga, alat-alat elektronik seperti TV dan PokeGear tidak bisa dipakai. Apa itu tidak aneh?" tanya Kak Janine dengan muka serius. Aku dan Sunny mengangguk. "Bahkan hal itu juga terjadi di Cinnabar."

"Tidak hanya di sana. Seluruh Kanto, kecuali mungkin Kepulauan Sevii, sudah terkena efek yang aneh ini," lanjut kakak. "Tapi yang paling aneh adalah, seluruh jalan masuk ke Kota Pewter ditutup tiba-tiba!"

Bagian 19 - Ilusi

BLARRR!!! Entei menyemburkan api besar dari mulutnya, membakar barang-barang yang ada di situ. Charon hanya tertawa. "Bagus! Lakukan lagi! Hahahah!" 

Ugh! Untung saja kami cepat-cepat menghindar dan bersembunyi. "Sial, apa sih maunya orang itu?!" geram Sunny. "Spelo! BubbleBeam!"

WHURR... Spelo menembakkan gelembung-gelembung air ke arah Entei, membuatnya sedikit terganggu. Tapi serangan itu ternyata sama sekali tidak mempengaruhinya! Ia menyemburkan api ke arah Spelo. "Basher! Gunakan Bonemerang!"

WHUTT!! Basher melemparkan tongkatnya, tepat mengenai Entei. Tapi ia samasekali tidak bergerak! "Hahahah!! Habisi pengganggu itu!"

Tiba-tiba tubuh Entei dikelilingi api dan dengan kecepatan penuh ia berlari ke arah Basher. Gawat, itu serangan Flare Blitz! "Basher, menghindar!" seruku cepat. Urrf, nyaris saja serangan tadi mengenainya!

"Kalian tidak apa-apa?" seru Pak Blaine dari dalam selnya. "Charon! Hentikan! Mereka cuma anak-anak!!"