Baru saja aku berusaha berdiri, Rift sudah menyerangku lagi dengan tembakan airnya. “Waaah!!!” seruku kaget ketika pagar besi karatan yang melingkari dek patah dan aku terdorong jatuh dari kapal. Aku panik luar biasa. Tapi, hup! Untung saja aku masih sempat berpegangan di mulut dek, kalau tidak, bisa-bisa aku jatuh dan tenggelam ke dalam laut. Dengan susah payah aku memanjat kembali ke atas kapal. “Rift! Ini aku, Luna! Kau tidak mengenaliku?” tanyaku. Napasku memburu.
Rift hanya diam. Matanya kosong dan menerawang. Reef berteriak tak sabar. “Hei, apa yang kau lakukan, Marshtomp-Bayangan? Aku belum menyuruhmu untuk berhenti! Serang sampai dia terlempar ke laut!” serunya gusar. Tapi Rift tetap diam.
“Rift! Kau masih ingat aku, kan?” seruku putus asa. Aku hendak bangkit berdiri, tapi sialnya lantai yang licin membuatku jatuh terjerembab. Langsung saja rasa sakit menjalar ke seluruh tubuhku. “Urgh!” geramku. Mataku mulai terasa panas. Hari ini aku sial sekali, sih?
Reef tertawa keras. “A-haha! Kau menyedihkan sekali!” ujarnya. Aku berusaha keras berdiri lagi tanpa mempedulikan kata-katanya. “Apa kau benar seorang Pelatih Pokemon? Masa Pokemon-mu sendiri tidak mau menurut padamu!” kata-kata Reef menohok tanpa ampun.