Selamat Datang di blog ini!!
Ini adalah blog yang berisi fanfiction dan beberapa pengalamanku seputar dunia Pokemon.
Enjoy your stay, and don't forget to link back!!


Saturday, March 26, 2011

Bagian 30 - Pengacau

“Moe, berubah wujud!”

Whuung! Seketika tubuh Moe berubah bentuknya menjadi Taillow. Secepat kilat ia terbang, menghindari terjangan pukulan beruntun yang sejak tadi dilancarkan Vigoroth. Bisa tebak di mana aku sekarang? Ya, sekarang aku memang sedang ada di tengah pertarungan dengan Ketua Gym Norman, ahli tipe Normal.

“Usaha yang bagus! Kau mau lari?” tanya Norman. Ia memang seorang Ketua Gym yang menyukai pertarungan, tak heran ia terlihat begitu bersemangat. “Vigoroth, cakar dia!”



“Sekarang waktunya, Moe!” perintahku. Moe yang berwujud Taillow melesat cepat ke arah Vigoroth, tapi tepat beberapa senti di hadapannya, Moe kembali berubah wujud, kali ini menjadi seekor Sandslash. Buggh! Jurus Rollout yang mendadak tersebut dengan sukses menghantam Vigoroth hingga ia pingsan kesakitan. Yes, rencanaku berhasil!

“Masih belum semudah itu!” gertak Norman sembari mengembalikan Vigoroth-nya ke dalam bola monster. “Slaking, giliranmu!”

Tanpa menunggu lama, Slaking milik Norman seketika mengarahkan pukulan es ke arah Moe yang masih berwujud Sandslash. Akan tetapi dengan sigap Moe berubah menjadi seekor Staryu dan berhasil menahan serangan tersebut. Tahu-tahu Norman malah tertawa. “Kau lengah! Aku sudah menduganya!”

Bugghh!!! Mendadak sebuah pukulan lain datang dari tangan kiri Slaking, sebuah pukulan petir, yang tentu saja membuat Moe-berwujud-Staryu menjadi tak berdaya. Kukembalikan ia ke dalam Pokeball-nya. “Cuma kau yang bisa kuharapkan, Rift!”

Kalau Rift bisa menyerang sekarang, kurasa itu adalah ide yang bagus karena kemampuan khusus Slaking membuatnya tidak bisa bergerak dalam jangka waktu tertentu. “Tembakan air!” perintahku pada Rift dengan segera. Tapi, bukannya menyerang Slaking yang sedang lengah, ia malah diam saja di tengah arena!

Uugh, kenapa harus di saat seperti ini? Aku mulai kesal. “Rift, bertarunglah kalau kau ingin menang!” pintaku. Slaking sendiri sudah kembali bisa bergerak sehingga ia segera menyiapkan pukulan petir lainnya. Buggh! Tepat mengenai tubuh Rift!

“Ah! Kau tidak apa-apa...” belum selesai aku berbicara, Rift sudah bangkit kembali, tapi kali ini wajahnya terlihat marah. Apa ia kesal dengan serangan tadi? Apapun itu, yang jelas sekarang ia sudah mau bertarung, bukan? “Rift, gunakan...”



Tetapi, belum selesai aku memberikan perintah, Rift mengeluarkan Tembakan Air dari mulutnya. Eeh, tunggu! Itu bukan Tembakan Air! Maksudku, itu terlalu besar dan kuat untuk ukuran sebuah Tembakan Air biasa. Lebih mirip jurus Hydro Pump! Tapi apa iya Pokemon muda seperti Rift tahu jurus tingkat tinggi semacam itu?

Rift, yang sepertinya masih terbakar emosi, terus menggunakan Tembakan Air berkekuatan abnormal itu untuk memojokkan Slaking sehingga akhirnya ia pingsan karena dorongan yang kuat. “Pertandingan dimenangkan oleh Luna sang penantang!” seru wasit. Oh yeah! Bagus!

“Ini Lencana Keseimbangan milikmu, Luna,” ujar Norman sambil menyerahkan lencananya padaku. “Kau dan Mudkip-mu sangat hebat. Dari mana ia mempelajari jurus sehebat Hydro Pump meski levelnya masih tergolong rendah?”

Wah, aku tak tahu harus menjawab apa karena aku sendiri tak habis pikir bagaimana serangan Tembakan Air-nya bisa menjadi sekuat itu. “Uhm... entahlah, aku sendiri juga tidak mengerti.”

Norman tertawa. “Belajarlah untuk mengenal Pokemon-mu sendiri dengan lebih baik,” sarannya sebelum aku melangkah keluar dari gedung Gym. Kemudian aku kembali ke kamarku di PokeCenter, kemudian segera kuhubungi Prof. Birch dan menceritakan kejadian tadi.

“Hahahaha! Aku hampir lupa memberitahumu!” tawa Prof. Birch. “Mudkip yang kau miliki bukan Mudkip seperti pada umumnya!”

Aku tak mengerti. “Apa maksudnya, Prof?”

“Rift, Mudkip milikmu, punya kemampuan individual yang jauh lebih hebat dari Pokemon sejenisnya pada umumnya,” jelas Profesor. “Kurasa itulah yang membuatnya memiliki kekuatan yang lebih besar dari yang seharusnya dimiliki Mudkip pada umumnya!” tambah Prof. Birch.

“Apa itu kemampuan individual?” tanyaku bingung.

“Begini,” ujar Profesor sambil berdeham. “Setiap Pokemon memiliki kemampuan individu yang berbeda-beda satu sama lain. Ada yang kuat di satu hal saja, akan tetapi, ada juga jenis langka yang memiliki kekuatan luar biasa di berbagai sisi. Dalam satu spesies, hanya ada satu Pokemon di antara ribuan individu lainnya yang memiliki kekuatan merata seperti itu, dan Mudkip-mu adalah yang satu itu.”

Hmm, begitukah? Aku mengangguk-angguk. “Baiklah Prof, terima kasih banyak penjelasannya!”

Esoknya, aku melanjutkan perjalanan menuju Rute 104. Yang kudengar, di kota berikutnya, Kota Rustboro, terdapat gedung Gym lainnya. Makanya aku bersemangat untuk melanjutkan perjalananku. Dan untuk sampai ke sana, aku harus melewati Hutan Petalburg yang terkenal dengan Pokemon Serangga-nya. Setelah setengah jalan melewati hutan lebat itu, aku mendengar suara beberapa anak kecil.

“Hahaha! Lari, lari!” seru salah seorang dari 3 anak laki-laki yang sedang berlarian. Di belakang mereka, ada Pokemon Kirlia yang terlihat marah. Kirlia itu sepertinya berusaha memukul anak-anak itu, tapi sayangnya pukulannya tak ada yang kena karena targetnya terus berlarian. Argh, sebagai Ranger, sudah jadi kewajibanku untuk menjaga kedamaian antara manusia dan Pokemon. Jadi aku berusaha melerai mereka. “Hei! Kalian semua hentikan!”

Akan tetapi, baik si Kirlia maupun bocah-bocah itu tak mendengarkanku. Malah para bocah kelihatannya semakin mengejek-ejek si Kirlia. Sampai akhirnya si Kirlia melompat, tangannya mengepal dan mengeluarkan cahaya jingga. Wah, gawat, dia menggunakan pukulan api!



“Waaah! Hentikan!” seruku panik. Tiba-tiba, Rift maju dan menyerang si Kirlia dengan Tembakan Air-nya yang super itu. Kirlia terjatuh. Bocah-bocah yang tadi mengejeknya langsung berlarian kabur. Huh, aku benci anak kecil!

“Hei, kau tidak apa-apa?” tanyaku sambil mendekati Kirlia itu. Tapi, ia malah memberiku tatapan marah dan mulai menyerangku bertubi-tubi. Aku berusaha menghindarinya. Tiba-tiba, KRIIING! Aargh, kenapa di saat seperti ini malah ada yang menghubungi PokeGear-ku?! Mau tak mau aku mengangkatnya.

“Aah, maaf, aku nggak bisa sekarang!” seruku cepat. Whuut! Salah satu pukulan api Kirlia hampir mengenai wajahku. Aku menghindar dengan cepat, kemudian mengambil lalu melemparkan PokeBall berisi Moe. Akan tetapi, keseimbanganku terganggu. Byurr! Aku pun terjengkang ke belakang, dan dengan sukses jatuh ke dalam sebuah kubangan air yang cukup besar.

“Aaah...” erangku. Kulihat Moe sudah berubah wujud menjadi Arbok dan membelit Kirlia kuat-kuat sehingga ia tak bisa bergerak. Aku bangkit dari kubangan, ketika aku merasakan tanganku panas. Oh? Bukan tanganku, tapi PokeGear-ku! Siaal, PokeGear-ku kecebur! Buru-buru kulepas baterainya, tapi sepertinya terlambat. PokeGear-ku sudah tertutupi lumpur dari dasar kubangan, sampai ke dalam-dalamnya. Rusak total!

“Huff... Mau bagaimana lagi... Moe, tolong aku untuk membawanya ke Pokemon Center, ya?” pintaku pada Moe yang masih membelit si Kirlia, yang kini sudah tak sadarkan diri. Ia mengangguk. Kami pun berlari secepat mungkin menuju Kota Rustboro.

No comments:

Post a Comment