Selamat Datang di blog ini!!
Ini adalah blog yang berisi fanfiction dan beberapa pengalamanku seputar dunia Pokemon.
Enjoy your stay, and don't forget to link back!!


Wednesday, March 16, 2011

Bagian 28 - Pembangkang

Begitu kami turun dari punggung Moe, kami langsung disambut seorang gadis yang menggunakan bandana biru. Kutaksir usianya tak jauh beda denganku. Ia tampak begitu bersemangat menyambut kami.

“Hai!! Kalian pasti Ramz dan Luna, ya?” tanyanya ramah. Aku mengangguk polos. “Anda siapa ya?” Ramz bertanya. “Oh, aku Sapphire, putri dari Prof. Birch! Dan 1 dari 3 dex holder di Hoenn ini!” jawabnya setengah tertawa. Mulutku sedikit terbuka. O, jadi dialah gadis fenomenal yang menyelamatkan Hoenn dari bencana besar yang disebabkan Pokemon Legenda Kyogre dan Groudon beberapa tahun yang lalu. Tiba-tiba muncul seorang pemuda seusianya dengan topi putih dari belakangnya. “Hei, Sapphire! Siapa mereka?” tanya pemuda itu.



“Oh, ini Ramz dan Luna, tamu ayahku!” sahut si gadis yang dipanggil. “Ah ya, dia itu Ruby, pacarku,” kata Sapphire setengah berbisik. Aku hanya tersenyum melihatnya. Sepertinya ia dan Ramz sudah saling mengenal sebelumnya. Kemudian Sapphire pun mempersilahkan kami masuk ke dalam gedung laboratorium.

Bagian dalam gedung itu cukup luas. Di dalamnya terdapat bertumpuk-tumpuk buku-buku tebal, berbagai peralatan percobaan, kursi-kursi, dan meja-meja mengisi ruangan itu. Beberapa pot tanaman hias sederhana menempati pojok-pojok ruangan. Tidak terlalu berantakan seperti yang kubayangkan.

“Hai, kalian datang juga! Ayo silahkan duduk!” sapa seseorang tiba-tiba. Kami menoleh. Rupanya itu Prof. Birch. Sepertinya ia baru memasuki ruangan ini dari pintu belakang. Ia mengajak kami duduk di sebuah ruangan yang ditata seperti ruang tamu sederhana. Di atas meja ruang tamu itu, terdapat 3 buah Poke Ball diletakkan berjejer.

“Nah Ramz, sekarang kau boleh memilih satu di antara 3 Pokemon ini!” tawar Prof. Birch padanya. Tapi Ramz menggeleng. “Hemm, sebenarnya aku sudah punya!” Ia mengeluarkan Poke Ball-nya yang berisi Blaze, si Torchic berbulu keemasan, serta Rave, Starly yang baru didapatkannya. Prof. Birch, Sapphire dan Ruby tampak takjub melihatnya. “Oh! Torchic shiny! Dan yang satu lagi?”

“Itu Starly dari wilayah Sinnoh, kan?” celetuk Ruby. Prof. Birch menggosok-gosok dagunya yang bercambang. “Hmm, jadi bagaimana ini?” gumamnya. Kemudian ia menoleh padaku. “Bagaimana denganmu, Luna?”

Aku, yang sedari tadi hanya menonton, menoleh dengan wajah heran. “Saya, Prof?”

Pria tambun itu mengangguk. “Ya, aku sudah dapat surat dari mentormu itu. Setelah kupertimbangkan, sepertinya kau memang pantas mendapatkan beberapa hadiah dariku,” jelas Profesor dengan mimik lucu. Ia melirik ke arah Sapphire yang sedang mengajak Ramz bertarung dengannya di luar laboratorium.

Profesor Birch kemudian mengumpulkan kembali Poke Ball yang ada di atas meja, dan berjalan menuju sebuah meja besi besar seukuran mesin fotokopi. Hanya saja terdapat beberapa ceruk setengah lingkaran seukuran Poke Ball di permukaan atasnya. Aku menebak itu sebagai tempat merawat Pokemon seperti yang ada di Pokemon Center, hanya saja dengan bentuk yang berbeda, lebih kecil. Ia meletakkan ketiga Poke Ball itu di atas mesin itu, bersama dengan beberapa Poke Ball lain.

“Aku juga mendengar ketertarikanmu terhadap Pokemon Air. Apa itu benar?” tanya Profesor lagi. Aku mengangguk tanpa berbicara. “Kalau begitu, aku punya partner yang bagus untukmu! Ayo ikut aku!”

Ia berjalan melalui pintu belakang, menuju halaman belakang laboratorium yang sangat luas. Dan yang menakjubkan adalah... banyak sekali terdapat Pokemon di sana! Mereka berkeliaran dengan sangat bebas. Saling bermain dengan yang lainnya. Sejenak aku mematung karena takjub.

“Wow...” gumamku. Profesor Birch tertawa melihat reaksiku. “Ahaha, tapi Pokemon yang akan kuberikan padamu bukan mereka,” ujarnya. “Harus sesuatu yang istimewa untuk anak yang istimewa. Kemarilah!”

Aku pun mengikuti Profesor yang berjalan ke pojok halaman luas itu. Di sana kulihat terdapat kolam yang cukup luas. Firasatku mengatakan: Pokemon Air! Dan benar saja. Di sana ada beberapa Pokemon Air khas Hoenn yang sudah kukenali: Lotad si Pokemon yang menyerupai daun teratai; Spheal si Pokemon tipe Air dan Es yang berbentuk seperti bola; Surskit, Pokemon tipe Air dan Serangga, serta banyak lagi.

“Nah,” gumam Profesor sambil berjalan ke balik semak-semak di dekat sana. “Ini Pokemon hasil penangkaran di Daycare wilayah ini! Pokemon yang cukup langka!” serunya sambil menunjukkan sesosok Pokemon biru kecil di gendongannya. Apa ini? Aku tidak pernah melihatnya, batinku sambil mengernyitkan alis.

Profesor Birch tersenyum melihat ekspresiku. “Sepertinya kamu belum pernah melihatnya, ya? Hahaha, kenalkan! Namanya Mudkip, Pokemon Ikan Lumpur!”

O, aku terbelalak. Lucu sekali Pokemon ini! Batinku. Aku mendekatkan tubuhku padanya. “Halo, mm, Mudkip?”

Tapi di luar dugaan, makhluk biru itu malah memasang tampang tidak senang. Sekonyong-konyong ia menyemburkan air dari mulutnya. BRUSSSSHH!!! Air itu membasahi wajahku. “Waaah!” teriakku panik. Profesor Birch juga ikut-ikutan panik. “Hei, Mudkip! Apa yang kau lakukan?!”

Tapi si Mudkip malah membalikkan badan dengan angkuhnya. Ia sama sekali tidak menggubris bentakan Profesor.

“Euh... sudahlah, tidak apa-apa, Prof,” selaku sambil mengelap mukaku dengan sapu tangan. Huff, sepertinya yang satu ini kurang bersahabat denganku...

Sekarang Profesor menggaruk-garuk kepalanya dengan bingung. “Kau tahu, Luna... Mudkip satu ini memang suka bertindak keterlaluan, aku sendiri tidak mengerti kenapa... sepertinya ia membenci manusia,” desahnya. “Tapi kalau ia dibiarkan begini terus, kelak ia bisa menjadi berbahaya.”

Aku mengangguk-angguk mengerti. “Jadi...?”

“Jadi, aku ingin meminta bantuanmu, sebagai seorang Ranger, untuk menjinakkan anak ini,” kata Profesor Birch. “Yah... aku tidak memaksa sih. Aku bisa mengerti, karena kejadian tadi...”

Buru-buru aku menggeleng. “Tidak masalah, Prof!” ujarku bersemangat. “Aku akan merawat anak ini!”

No comments:

Post a Comment