Selamat Datang di blog ini!!
Ini adalah blog yang berisi fanfiction dan beberapa pengalamanku seputar dunia Pokemon.
Enjoy your stay, and don't forget to link back!!


Saturday, September 4, 2010

Bagian 9 - Pembalasan Dendam

Beberapa barang, terutama yang menempel di dinding, terjatuh. Aku dan Kak Janine saja sampai kehilangan keseimbangan. Namun Basher masih tegak berdiri, matanya dipenuhi kebencian. Mungkin aku bisa mengerti, karena ia sekarang sedang berhadapan dengan pembunuh ibunya. 

"Baiklah, ayo kita praktekkan hasil latihan kemarin. Basher, Ice Beam!" seruku. Basher membuka mulutnya dan membentuk semacam bola berwarna kebiruan, dan menembakkannya ke arah Rhydon. BUMM!!! Rhydon membeku!

"Tidak semudah itu, anak kecil!" geram Giovanni. Tiba-tiba saja, Rhydon mengguncangkan badannya keras sekali, sehingga membuat es yang memerangkapnya hancur. BRAKK!!! Rhydon menghentakkan kakinya, menciptakan guncangan lainnya dan membuat lantai retak!

"Gawat, bisa berbahaya," gumam Janine. "Luna, lakukan segala sesuatu untuk menghentikannya!"

Nggak usah dikasi tahu juga aku sudah tahu! batinku. "Basher, Ice beam sekali lagi!" perintahku. WHUUSHH... bola cahaya biru yang sangat dingin langsung membekukan Rhydon. "Sekali lagi!" seruku. Basher menembakkan Ice Beam-nya, menyebabkan lapisan es yang mengurung Rhydon bertambah tebal.

"Sial!" geram Giovanni. Rhydon yang terkurung dalam lapisan es yang tebal samasekali tidak bergerak! Sekarang saatnya fokus untuk mengalahkan Persian, pikirku. "Basher! Ice Beam ke Persian!"

Persian juga nyaris membeku, tapi ia berhasil menghancurkan es di sekelilingnya. "Persian! Fury Swipes!" seru Giovanni. Persian dengan marah menyerang ke arah Basher, namun sebelum sempat ia mendaratkan cakarnya di Basher, sebuah jaring laba-laba besar mengurungnya. "Sekarang habisi dia!" seruku pada Basher. BUAKKK!!! Dengan tongkat tulangnya, Basher memukul Persian dengan sangat keras sehingga ia tak bisa bergerak lagi.

"Menyebalkan," geram Giovanni. "Rhydon! Kau bisa mendengarku? Gunakan Earthquake!" serunya. Seketika lantai berguncang keras, beberapa bagian bahkan sudah jebol. Selubung es yang menutupi Rhydon perlahan-lahan retak dan pecah! Rhydon yang sudah bebas kembali mengaum dengan keras.

"Sial, dia berhasil lolos..." Kak Janine bergumam pelan. Spectra menembakkan jaring laba-labanya ke arah Rhydon, namun itu justru membuatnya tambah mengamuk. "Horn Drill, Rhydon!" seru Giovanni.

Uwaah!! Tiba-tiba saja Rhydon menanduk ke arah Basher! "Awas!!!" seruku. Tapi Basher yang memang gerakannya tidak terlalu gesit, tidak bisa menghindar. Oh tidaak!!!

BRUAKKK!!! Tahu-tahu Rhydon terpental! "Heh?! Apa... apa yang terjadi?!" Giovanni berseru panik. Aku dan Kak Janine menatap ke arah Basher, yang seluruh tubuhnya diliputi sinar menyilaukan. Jangan-jangan...

"Basher berevolusi!" seru Kak Janine senang. Ah, ya, benar! Basher berubah jadi Marowak!

"Sial!" geram Giovanni. Rhydon bangkit dengan agak kelimpungan, namun ia kembali mengaktifkan Horn Drill nya. "Serang dia lagi!"

"Tidak akan terjadi! Earthquake!!!"

Lantai bergetar hebat akibat Earthquake yang disebabkan oleh Basher. Retakan-retakan besar muncul di mana-mana, dan lantainya mulai runtuh!

"Luna! Cepat naik!" seru kakakku yang tahu-tahu sudah berada di atas Hover, Pidgeot raksasanya. Aku pun buru-buru memasukkan Basher ke dalam Luxury Ball nya dan hendak melompat, namun terlambat! Lantai yang kupijaki sudah runtuh!!!

"UWAAAAAAAAAA!!!!!!!" pekikku. Mati aku!

Namun beberapa detik kemudian, aku mendarat di atas sesuatu... apapun itu, bukan lantai. Kubuka mataku. Gary! Aku mendarat di atas Draco, Charizard milik Gary! "Gary? Kau..." aku tak bisa melanjutkan kata-kataku karena kaget. Gary hanya tertawa terkekeh. "Tepat pada waktunya, kan?" ujarnya. Kami pun terbang keluar dari gedung Silph Co. yang sudah hancur setengahnya.

Di luar, aku melihat beberapa anggota Tim Roket digiring polisi. "Luna! Janine! Kalian tidak apa-apa?" teriak seseorang dari kejauhan. Rupanya itu Sunny, Kak Sabrina dan Kak Kiyo. "Hehe, iya, syukurlah kami bisa keluar tepat waktu," sahut Kak Janine.

"Oh yeah, bagaimana kau bisa ada di sini?" tanyaku pada Gary. "Hmm... kurasa, ada yang meninggalkan kamarnya diam-diam dan menyamarkan dirinya sebagai bantal guling, jadi orangtuanya menelepon kakekku dan kakek menyuruhku datang ke sini?" balas Gary dengan tatapan mengejek pada kakakku. Kak Janine merengut. Aku hanya tertawa geli.

"Oh ya, aku ada sesuatu untuk kalian, karena sudah membantuku mengusir Tim Roket," ujar Kak Sabrina. Kami sedang berada di halaman depan Pokemon Center. Aku dan Sunny memang berencana untuk melanjutkan perjalanan kami ke Kota Celadon. Kak Janine dan Kak Sabrina memutuskan untuk mengantarkan kami ke sana.

Kak Sabrina mengulurkan dua Pokeball untuk kami. "Aku menemukan mereka di Victory Road. Kurasa mereka lebih baik bersama kalian," ujarnya. Kami pun menekan tombol di tengah Pokeball untuk mengeluarkan Pokemonnya.

"Lapras..." gumamku kagum. "...Poliwhirl!" seru Sunny senang. Aku juga senang sekali, karena aku menyukai Lapras sejak kecil. Lapras yang sekarang ada di hadapanku, hampir dua kali lebih besar dariku! "Nah, ini adalah pelatih baru kalian!" kata Kak Sabrina.

"Baiklah, mulai sekarang aku akan memanggilmu Ness!" kataku senang. "Dan kau, Spelo!" kata Sunny.

"Dan... satu lagi," kata Kak Sabrina. Ia menyodorkan tangannya ke arah kami, dan ketika ia membukanya...

"Lencana Gym?!" seruku tak percaya. "Tapi kami kan belum menantang Gym-mu!"

"Tidak perlu. Kalian sudah membuktikan kekuatan kalian dengan mengalahkan Tim Roket, dan itu lebih dari cukup," ujarnya lagi.

Setelah menyerahkan lencana Gym-nya, Kak Sabrina pun pamit pulang. Kami juga kembali ke kamar masing-masing, karena besok kami akan menantang Gym Kota Celadon.

"Fuh, hari ini melelahkan sekali," gumamku sambil merebahkan diri di atas kasur. "Yeah, ayo kita lakukan yang terbaik untuk pertarungan Gym besok," sahut Sunny. Ia menjatuhkan diri ke atas kasur dan langsung tertidur begitu saja. Dasar!

Aku juga mematikan lampu tidurku. Kira-kira, pertandingan besok seperti apa, ya?

No comments:

Post a Comment