Selamat Datang di blog ini!!
Ini adalah blog yang berisi fanfiction dan beberapa pengalamanku seputar dunia Pokemon.
Enjoy your stay, and don't forget to link back!!


Wednesday, September 8, 2010

Bagian 12 - Pertarungan Antar Saudara

"Luna, sudah kuduga!" 

Kak Janine yang sedang memberi makan Spectra, Ariados miliknya di luar rumah, tertawa senang melihatku pulang. Aku hanya terkekeh. Ibu juga tahu-tahu sudah berada di luar. "Ah, kau datang juga! Masuklah, Ibu sedang menyiapkan makan malam." Maka aku pun berlari ke kamar dan meletakkan barang-barangku. Aku melihat sekelilingku, rasanya ada yang kurang. "Ayah mana?" tanyaku.

"Masa nggak tahu? Ayah sudah menerima ajakan untuk menjadi anggota Elite Four di Liga Johto," jelas kakakku. Oh waw! Hebat! Kok aku nggak diberi tahu sih? "Lalu siapa yang mengurus Gym?" tanyaku lagi. “Bicara apa kamu? Tentu saja aku dong!" sahut Kak Janine dengan nada angkuh, lalu ia tertawa sendiri lagi. "Hah? Kakak... seorang Ketua Gym? Yang benar?" balasku sangsi. "Kau ini! Begini-begini, aku ini pelatih Pokemon yang hebat, tahu!" omelnya. Ibu hanya terkekeh mendengar perdebatan kami. "Sudah sudah, ayo kita makan malam!" ajaknya.

Setelah makan malam, aku dan kakakku memutuskan untuk pergi ke Safari Zone. Aku juga membiarkan Haze, Basher dan Ness beristirahat di sana. Kelihatannya mereka cukup menyukai tempat itu. Terutama Haze, karena ia bisa bertemu lagi dengan kawanan Beedrill lainnya. "Malam ini biarkan mereka istirahat di sini saja," kata kakakku.

Kami pun duduk di atas batu sambil melihat para Pokemon yang asyik bermain. Kemudian aku teringat sesuatu. "Oh ya... Jadi, kalau aku mau mendapatkan Lencana Jiwa, aku harus melawan kakak?" tanyaku. Seketika Kak Janine tertawa. "Ya iyalah! Kau pikir aku akan memberikannya begitu saja, mentang-mentang kau adikku?" sahutnya. Kemudian ia melemparkan beberapa makanan Pokemon pada sekelompok Hoothoot yang mendekat.

"Kalau begitu, aku mau melawan kakak besok!" cetusku. Kak Janine langsung menoleh. "Memangnya kau yakin bisa mengalahkanku?" tanyanya dengan nada menantang. "Meskipun mungkin kau sudah hapal dengan kekuatan Pokemon milikku, masih tidak segampang itu!"

Aku mengangguk mantap. "Nggak masalah! Aku percaya pada kekuatan Pokemon-ku!" Kak Janine hanya tertawa dan menepuk kepalaku. "Ya sudah kalau begitu, sekarang kau tidur! Besok temui aku di Gym," pesannya.

Di kamar, aku buru-buru menelepon Sunny dengan PokeGear ku. Sepertinya ia sedang berada di tempat yang agak ramai. "Hei, Sunny, gimana kencanmu, hah?" cerocosku begitu ia mengangkat telepon. Aku tertawa terbahak-bahak ketika mendengar suara gugupnya setelah aku berkata seperti itu. "Kencan apaan?! Kita cuma jalan-jalan!" elaknya. "Hahahah, iya iya, jangan marah dong," gelakku. "Kalian di mana nih?"

"Kafetaria PokeCenter di Kota Vermilion," jawabnya.

"Heh?! Kau sudah menantang Letnan Surge?!"

"Belum, lah!" sahutnya. "Baru juga kami sampai. Rencananya sih aku ingin menantang Gym nya besok. Kau sendiri gimana? Kalau kamu mau mengoleksi semua Lencana Gym, berarti kamu harus melawan ayahmu dong?"

"Kakakku. Ayahku sudah bergabung dengan Elite Four Johto. Kakakku yang menggantikannya sekarang," jelasku. "Kamu sendiri nggak kemari? Katanya mau mengumpulkan Lencana juga?" tanyaku lagi.

"Aku sudah dapat," sahutnya singkat. Aku melongo. "Hah? Maksudnya kau sudah pernah mengalahkan ayahku?!" tanyaku tak percaya. Ia tertawa. "Tentu saja! Aku kan jadi Pelatih Pokemon lebih dulu daripada kamu! Dulu aku sempat punya Slowbro, tapi sekarang sudah kulepas, sih! Dialah yang dulu membantuku."

Humph, meski aku masih sangsi dengan ceritanya, tapi aku jadi teringat dengan cerita ayah beberapa waktu sebelum aku menjadi Pelatih Pokemon. Ia dikalahkan oleh anak sebayaku yang menggunakan Slowbro dan Spearow. Waktu itu kami cuma menertawakannya, karena ayahku memang kadang suka menganggap remeh lawannya.

Malam itu, aku tidak bisa tidur membayangkan bagaimana jadinya pertarunganku melawan kakak besok!

***

Paginya, tanpa membuang waktu aku sudah berada di depan Gym. Aku memutuskan untuk menggunakan Haze dan Basher saja karena Ness pasti akan kesulitan bergerak di darat. Maka, setelah memantapkan hatiku, aku pun melangkah masuk ke dalam Gym.

"Aih, datang juga kau," sapa kakakku. "Sudah siap?" tanyanya. "Tentu!" sahutku. "Baiklah, keluarkan Pokemon-mu!"

Kakakku mengeluarkan seekor Pokemon yang tak pernah kulihat sebelumnya. Kubuka Pokedex untuk melihat informasinya. Skuntank! Wow, bukankah itu Pokemon yang ada di daerah Sinnoh? Kakak hebat bisa mendapatkannya!

"Baiklah, bukan masalah! Basher!"

"Sudah kuduga," gumam Kak Janine. "Gas Beracun, Tanky!" perintahnya pada Skuntank. BRUSSSSS... Tanky mengeluarkan gas beraroma tidak sedap dari sekitar tubuhnya. Uhuk! Buru-buru kututup hidungku. Tidak hanya menyebabkan bau, tapi Gas Beracun yang dikeluarkan Tanky berwarna hitam pekat, jadi menghalangi pandangan.

"Heh, percuma! Basher, gunakan Earthquake!" seruku. Basher kemudian menyentakkan kakinya dan menciptakan getaran gempa yang hebat. Tiba-tiba, dari tengah kepulan asap, Tanky muncul dengan cakarnya yang tajam. "Night Slash!" seru Kak Janine. Tapi buru-buru Basher menghalaunya dengan tongkat tulangnya. "Bagus! Sekarang lakukan pukulan balasan! Bone Club!"

BUGGGHHH!!! Basher memukul Tanky dengan telak. Namun Tanky masih bisa berdiri lagi. "Gas beracun lagi!" seru Kak Janine. Tanky mengeluarkan gas berwarna hitam pekat dari tubuhnya, membuatnya semakin tidak terlihat.

"Basher, gunakan Bonemerang!" perintahku. SYUUUUTT... Basher melemparkan tongkatnya, tapi tongkat itu kembali ke tangannya tanpa mengenai apa-apa. Huh?

"Flamethrower!" terdengar suara kakak berteriak dari seberang ruangan. Whoa! Ternyata Tanky menggunakan teknik Dig dan menggali lubang untuk menyerang Basher secara diam-diam! Terlambat, Basher yang tidak menyadarinya terkena semburan api. "Kau tidak apa-apa, Basher?" tanyaku khawatir. Namun Basher menggeleng, ia masih ingin bertarung rupanya. "Ya sudah, tapi jangan memaksakan diri," pesanku.

Kemudian aku teringat sesuatu. "Ah, Basher, gunakan Earthquake sekali lagi!" kataku. Lantai pun bergetar hebat. Kali ini aku yakin, pasti Skuntank sudah kalah!

Aku menunggu beberapa saat, namun tak ada tanda-tanda kemunculan Tanky. "Hover, gunakan Defog," kudengar suara kakakku dari seberang ruangan. Perlahan, gas beracun yang pekat itu menghilang, dan kami bisa melihat dengan jelas Tanky yang tergeletak pingsan di tengah ruangan. Yeah, aku menang!

"Bagus juga," puji Kak Janine sambil memasukkan Tanky ke dalam Pokeball. "Tapi aku masih belum kalah. Spectra, giliranmu!"

Uh-oh. Spectra! Pokemon terkuat milik Kakak! Tapi aku berusaha untuk tidak gentar. "Earthquake!" perintahku pada Basher. Tanah mulai bergetar, namun dengan sigap Ariados mengeluarkan benang dari perutnya dan menggantungkan diri di langit-langit. Taktik yang hebat, karena dengan begitu ia jadi tidak terkena efek dari Earthquake. "Giliranku! Spider Web!"

SYUUT!! Jaring laba-laba yang ditembakkan Spectra mengurung Basher sehingga ia tidak bisa keluar. Gawat! "Bagus, sekarang gunakan Giga Drain!" kata Kak Janine. Keluarlah benang-benang kehijauan dari tubuh Spectra, dan dengan benang itu, perlahan-lahan ia menghisap energi Basher yang tinggal sedikit. Basher jadi melemah, tidak mampu melawan. "Sudah cukup, Basher! Sekarang giliranmu, Haze!"

"Percuma! Spectra, gunakan Psychic!"

Uh-oh! Itu adalah salah satu serangan milik Spectra yang terkuat! Kemudian, mata Spectra mengeluarkan cahaya biru, dan tubuh Haze juga dikelilingi semacam cahaya biru redup. Haze tidak bisa menggerakkan tubuhnya, karena tubuhnya sudah dikontrol oleh kekuatan Spectra.

"Sekarang serang!"

BLUGGHH!! Tubuh Haze dihantam oleh semacam kekuatan tak terlihat, yang seketika membuatnya tidak bisa bergerak lagi. "Yeah, aku menang!" seru Kak Janine girang. "Tidak apa-apa, Haze," gumamku sambil memasukkan Haze ke dalam bolanya. "Kurasa aku memang belum cukup kuat,"

Kak Janine hanya tertawa dan menepuk pundakku. "Tapi itu tadi sudah hebat untuk orang seukuranmu," hiburnya. Aku hanya mengangguk. "Mungkin aku harus ke Kota Vermilion sekarang, temanku menunggu!"

"Santai dulu, besok saja!" cegah Kak Janine. "Hari ini, karena kau sudah lama pergi, kenapa kita tidak membantu Warden mengurus Safari Zone? Kurasa Pokemon-mu juga bakal senang main di sana lagi."

Aku mengangguk. Kurasa tidak masalah aku kalah dari Kakak, karena kakak memang kuat. Tapi suatu hari nanti aku pasti akan kembali, saat aku sudah lebih kuat lagi!

No comments:

Post a Comment