Selamat Datang di blog ini!!
Ini adalah blog yang berisi fanfiction dan beberapa pengalamanku seputar dunia Pokemon.
Enjoy your stay, and don't forget to link back!!


Sunday, September 19, 2010

Bagian 14 - Kota dengan Misteri yang Membara

"Ah, kau datang juga!" seru seseorang.

Ah, siapa itu?! Ada seorang kakek-kakek bertongkat dan berkacamata hitam! Belum sempat aku bertanya, Kak Chi sudah duluan menyapanya. "Pak Blaine!"

Ooh, jadi inilah Blaine, Ketua Gym terkenal dari Pulau Cinnabar. Ia terkekeh. "Siapa dua gadis manis ini?" tanyanya sambil mendekatiku dan Sunny.

"Oh, ini Sunny, tetanggaku di Cherrygrove dulu, dan ini Luna, temannya," ujar Kak Chi sambil memperkenalkan kami. "Ah, ya, Luna ini hebat, lho! Dia sudah mengumpulkan 5 Lencana Gym!" tambahnya. Pak Blaine tertawa lagi.

"Aah, Trainer muda sekarang memang hebat! Kau harus melawanku kapan-kapan! Sekarang, kuantarkan kalian ke Pokemon Center dulu!" katanya dengan nada ceria.

Di kafetaria PokeCenter, Pak Blaine banyak bercerita pada kami, tentang Pulau Cinnabar, juga tentang pertemuannya dengan Pokemon Legendaris Moltres, yang memotivasinya untuk menjadi ahli Pokemon Api. "Hahaha! Kalian harus melihatnya juga kelak! Moltres adalah Pokemon yang sangat anggun!" koarnya.

Puas bercerita, beliau mengajak kami berkeliling. Pulau itu memang kecil, namun ramai dengan pelancong. Ya, Cinnabar memang salah satu tempat tujuan wisata yang terkenal di Kanto. Pak Blaine dan Kak Chi menjelaskan pada kami beberapa tempat terkenal di pulau tersebut, salah satunya adalah Laboratorium Pokemon yang konon memiliki teknologi untuk menghidupkan kembali fosil Pokemon. Aih, aku jadi teringat dengan Old Amber pemberian Steven di Kota Pewter dulu, mungkin aku akan mencoba menghidupkannya?

Tiba-tiba, mataku tertarik pada sebuah bangunan besar yang tua dan usang di pojok kota, dekat dengan Gym Kota Cinnabar. Bangunan itu sudah sangat rusak. Jendelanya banyak yang copot, temboknya runtuh di sana-sini. Meski dikelilingi pagar pembatas yang cukup tinggi, tapi bangunan itu masih terlihat jelas. "Ah, Pak Blaine, kalau yang itu bangunan apa?" tunjukku.

"Aha! Pertanyaan bagus, Trainer muda!" ujarnya sambil berjalan mendekati pagar bangunan itu. "Yah, sebenarnya bangunan itu tidak bernama, tapi kami sering menyebutnya Rumah Pokemon, atau malah, ada yang menyebutnya Rumah Hantu."

"R... Rumah Hantu?!" tanya Sunny bergidik. Tapi Pak Blaine dan Kak Chinatsu hanya tertawa. "Tidak ada hantunya sih, hanya saja di sana ada banyak Pokemon liar yang tinggal," jelas Kak Chi. "Kapan-kapan kalian harus mencoba menengok ke dalamnya!"

Uugh, ogah ah, batinku. Tapi sebenarnya aku dibuat penasaran juga dengan Rumah Pokemon itu. Akhirnya, setelah berjalan-jalan sedikit dan melihat matahari tenggelam di pantai Cinnabar, kami pun kembali ke kamar kami masing-masing di Pokemon Center.

Malam pun turun.

Aku merasakan ada yang menyenggol-nyenggol badanku. Uuuh, ternyata itu si Sunny. Ganggu tidur orang aja! "Ada apa sih..." Belum sempat aku menyelesaikan kalimatku, Sunny buru-buru menyuruhku diam. "Pakai jaketmu, ayo kita keluar!"

Huh, ada-ada saja anak ini! Tapi aku menurut saja, karena sepertinya ia akan melakukan hal yang menarik. Eh, benar saja, setelah berada di luar PokeCenter yang sudah sepi, ia langsung menyeretku ke arah Rumah Pokemon.

"Mau apa kau...?!" tanyaku setengah berbisik. Sunny tidak menjawab. Ia menarikku menuju sisi tembok yang tertutup semak-semak dan menyibaknya. Wah, ada lubang masuk!

"Dulu aku pernah main ke sini waktu kecil, jadi aku tahu!" katanya seolah bisa membaca pikiranku. Kami pun merangkak masuk lewat sana dan membuka pintu Rumah Pokemon.

KRIEEEEEEET. Pintu itu berderak keras ketika kami membukanya. Untuk berjaga-jaga, kami menyiagakan Haze dan Wisper--yang sudah berubah jadi Ninetales selama perjalanan 'memancing' mereka--karena Pak Blaine bilang di sini banyak Pokemon liarnya. Benar juga, kami melihat beberapa Weezing dan Koffing yang sedang tidur melayang-layang di berbagai penjuru.

"Hati-hati," ujar Sunny sok serius. Huh, nggak usah dikasi tahu juga aku sudah tahu! Kami pun melangkah perlahan-lahan agar tidak mengganggu Pokemon itu.

Di lantai 2, kami menemukan sebuah patung berbentuk Pokemon aneh. Aku tidak pernah melihat Pokemon seperti itu! Mata patung itu tampak seram. Ada ukiran yang aneh di bagian bawah patung itu...

"Hei! Lihat apa yang kutemukan!" kata Sunny sambil mengacungkan sebuah buku tebal. Aku menoleh, dan tanpa sadar, tanganku menekan permukaan ukiran tersebut. Tiba-tiba saja, semua pintu dan jendela menutup dengan suara yang keras.

"A... apa yang terjadi?!" tanya Sunny panik. Tahu-tahu saja sekelompok Weezing dan Koffing terbangun dan melayang ke arah kami dengan tatapan marah. Uh-oh.

"Keluar dari sini sekarang!!" seruku panik. Kami pun berlari menuruni tangga menuju pintu keluar. Tapi... Oh tidak! Pintunya terkunci!

"Sial!" geram Sunny sambil memukul pintunya. Namun percuma saja, pintu itu masih kukuh berdiri. Tiba-tiba saja, gerombolan Koffing dan Weezing-nya bertambah banyak! Oh tidak!

"Haze, gunakan Fury Attack!" perintahku. Haze menyerang mereka dengan sengatnya, namun mereka semua terlalu kuat dan terlalu banyak! "Wisper, Fire Blast!" seru Sunny. Wisper pun menembakkan semburan api besar ke arah kawanan Pokemon liar. Serangan itu berhasil mengalahkan sebagian dari mereka, tapi tetap saja, jumlah lawannya terlalu banyak!

"Bonemerang, Basher!" seruku sambil mengeluarkan Basher. Ia melemparkan tongkat tulangnya ke arah sekumpulan Weezing dan mengenai mereka beruntun. Tapi bukannya tambah sedikit, Pokemon liar yang datang malah tambah banyak!

"Awas!!!" seru Sunny. Salah satu dari Weezing itu menembakkan Sludge Bomb ke arah kami! Uwaah!!!

"Houndoom! Overheat!"

Tiba-tiba saja muncul seekor Houndoom, dan ia menembakkan api besar ke arah Sludge Bomb yang ditembakkan, menimbulkan ledakan kecil. Para Koffing dan Weezing itu tampak ketakutan dan mereka pun lari.

"Wah, tadi itu berbahaya sekali. Kalian nggak apa-apa?" tanya sebuah suara. Ternyata itu adalah seorang cowok yang sepertinya beberapa tahun lebih tua daripada kami. Ia menggunakan long-coat hitam dan pakaian serba hitam lainnya, sehingga agak sulit melihatnya di tengah kegelapan.

"Uh... yeah, begitulah," sahutku. "Bagus kalau begitu. Oh ya, namaku Verise, atau panggil saja Ver. Kalian?"

"Aku Luna, ini temanku, Sunny."

"Ah, yeah, baiklah, Luna dan Sunny. Apa yang kalian lakukan di sini?" tanyanya. "Dan buku apa yang kau pegang itu?"

"Aku menemukannya di salah satu rak buku..." jawab Sunny sambil menunjukkan buku yang dipegangnya sedari tadi. Buku itu sampulnya sudah sangat lusuh dan berdebu. "Ada beberapa nama yang tidak pernah aku dengar di sini... misalnya, Mew... dan... Mewtwo," gumamnya sambil membuka-buka halaman buku itu. "Kau tahu apa itu, Ver?"

"Yeah," sahutnya singkat. "Itu adalah Pokemon hasil rekayasa genetika yang dulu dibuat di tempat ini."

Aku dan Sunny melongo. Pokemon hasil rekayasa genetika? Tunggu dulu... Bukankah Bill pernah menceritakan pada kami juga tentang hal ini?

"Lihat patung ini?" Ver menunjuk sebuah patung Pokemon aneh yang sebelumnya kuperhatikan. "Inilah yang disebut dengan Mewtwo itu."

Wuah... Pantas saja aku belum pernah melihatnya. "Mewtwo adalah Pokemon hasil rekayasa DNA dari Pokemon lainnya yang bernama Mew," jelasnya.

"Lalu apa yang terjadi pada Mewtwo?" tanyaku penasaran. "Terjadi sebuah kecelakaan di sini ketika Mewtwo diciptakan. Mewtwo berubah menjadi Pokemon yang ganas, ia menghancurkan tempat ini dan membunuh semua ilmuwan yang berada di sini saat itu."

Aku bergidik ngeri. "Tapi... siapa orang yang berpikir untuk melakukan hal seperti itu?" tanya Sunny.

"Tentu saja, pemimpin dari gerombolan kriminal terbesar saat ini, Giovanni."

Ugh! Aku sudah tahu kalau orang itu memang benar-benar jahat! Tapi... ah! Mungkinkah Mewtwo ini yang ia maksud dengan 'Pokemon Legendaris' ? Bisa gawat kalau ia sampai mendapatkan Pokemon sekuat itu!

"Jadi... apakah kau tahu di mana Mewtwo berada sekarang?" tanyaku. Verise hanya menggeleng. "Aku juga sedang mencarinya, makanya aku sering datang ke sini."

"Mencarinya? Untuk apa?" selidik Sunny.

"Tentu saja mencegah Giovanni mendapatkannya!" sahutnya dengan nada serius. "Kuharap aku juga bisa memusnahkannya... Supaya tidak ada lagi yang menyalahgunakan kekuatannya."

Akhirnya Verise mengantarkan kami sampai ke depan PokeCenter. Rupanya kami sudah terlalu lama di dalam Rumah Pokemon, kini waktu sudah hampir tengah malam. "Oh ya, Ver, setelah ini kau akan mencari Mewtwo ke mana lagi?" tanyaku. "Mungkin aku akan berada di sini sebentar lagi, setelah itu aku akan pergi ke Kota Lavender," ujarnya.

Aku dan Sunny langsung menuju kamar kami dan merebahkan diri di atas kasur. Hoahhmm, aku ngantuk sekali! Tapi pikiranku masih dipenuhi oleh berbagai pertanyaan. Banyak sekali yang terjadi hari ini. Dan besok aku sudah harus siap, karena aku akan menantang Pak Blaine! Hmm, aku sudah tidak sabar!

No comments:

Post a Comment