Selamat Datang di blog ini!!
Ini adalah blog yang berisi fanfiction dan beberapa pengalamanku seputar dunia Pokemon.
Enjoy your stay, and don't forget to link back!!


Monday, September 6, 2010

Bagian 11 - Jalur Sepeda


"Apa? Mau pergi memancing?!"

"I... iya, jadi..."

Aku memandang Sunny lagi. Barusan dia bilang mau pergi memancing dengan Gary, jadi mereka akan memutar jauh melewati Rute 12. Aku hanya menghela napas, dan melemparkan pandangan super-curiga pada Sunny. Kenapa dia tiba-tiba saja merubah rencananya dan malah pergi dengan Gary?!

"Eeeh... Jangan memandangku seperti itu!" ujarnya merengut. "Kami cuma sama-sama suka mancing, jadinya kali ini kami ingin pergi memancing sebentar..."

"Dan meninggalkanku sendiri?" sahutku pura-pura tak peduli. Bisa kulihat dengan jelas wajah Sunny yang serba salah. Aku jadi tertawa sendiri. "Ya sudahlah, pergi saja!"

"Nggak apa-apa?" tanyanya ragu-ragu. Aku mengangguk. "Iyaa, sudah sana pergi, tapi nanti mau kumpul di mana?"

"Kota Vermilion?" usul Sunny. "Oke, sip deh kalau gitu!"

Maka begitulah akhirnya. Sunny dan Gary pergi--ehm, kencan?--sambil menyusuri pesisir barat Kanto, sementara itu aku harus berjalan sendirian melewati Jalur Sepeda. Tapi karena aku tidak punya sepeda, dan lebih penting lagi, tidak bisa naik sepeda, maka aku melewatinya dengan berjalan kaki. Aku juga membiarkan Basher dan Haze di luar Poke Ball-nya, karena kudengar di jalur itu terdapat banyak preman.

Huh? Preman? Aku tidak takut!

Matahari sudah di atas kepala, tapi menurut PokeGear-ku, aku bahkan belum setengah jalan! Jalur Sepeda ini memang panjang sekali, menghubungkan Kota Celadon dengan Kota Fuschia. Karena capek, aku pun memutuskan untuk beristirahat di bawah pohon.

"Haze, tangkap!" seruku sambil melemparkan makanan Pokemon ke arah Haze. Basher dan Ness juga kukeluarkan dari bolanya. Sepertinya mereka semua sangat menikmati makanannya, gumamku. Kemudian, iseng-iseng aku melemparkan makanan Haze sedikit lebih jauh, karena aku ingin menguji ketangkasannya. "Ayo, tangkap!"

Uh-oh, sepertinya aku melemparnya terlalu jauh sampai-sampai Haze tak bisa menangkapnya. Dan tahu-tahu... BLUKK!! Makanannya jatuh mengenai kepala plontos seorang pria berwajah seram. Uh-oh...

"Siapa yang melemparkan ini padaku?!" geramnya marah. Orang-orang sangar di sekitar orang plontos tadi itu tiba-tiba menoleh ke arahku dengan muka yang sama sangarnya. Napasku tercekat. Ya ampun, kok jadi begini siiih??

Aku hendak berdiri, tapi pria sangar itu dan teman-temannya tahu-tahu sudah mengerumuniku. Aku mencoba menyembunyikan tubuhku yang gemetaran, jadi aku diam saja. "Kau ya, yang tadi melemparkan benda ini padaku?!"

Aku mengangguk polos. Aaah, bodoh sekali kau ini, Luna! kutukku pada diriku sendiri.

Pria itu menggeram lagi, suaranya seperti sepeda motor distarter. "Jadi, anak kecil ini mau cari masalah?!" tanyanya galak. Aku menggeleng.

"Huh! Berani sekali cari gara-gara denganku... Tahu tidak aku siapa?!"

Aku menggeleng sekali lagi. Memangnya apa peduliku kamu siapa? omelku dalam hati.

"Aku ini Bradley sang penguasa jalanan!! Si Trainer terhebat!!!" serunya keras, lalu ia tertawa terbahak-bahak. Aku melongo. Pernyataan yang bodoh sekali.

"Dan sepertinya, kau juga Trainer?" tanyanya kemudian. Aku mengangguk. "Nah, karena hari kau membuatku kesal, jadinya kau harus bertarung denganku!!! Koffing, Bom Kotoran!"

Hah! Tahu-tahu saja dia menyerang, curang! Tapi dengan sigap Basher maju dan menangkis bom yang ditembakkan Koffing. Bom itu meledak di kejauhan, menyebarkan bau yang luarbiasa tidak enak. Teman-teman si Bradley mundur. Bradley yang tampaknya tidak senang serangannya berhasil kutangkis, berseru kencang pada Koffing-nya. "Gyro Ball!!!!!!"

Koffing berputar-putar kencang seperti gasing. "Basher, pukul dia dengan Tongkat Tulang!" perintahku. BUKK!!! Basher memukulnya dengan keras. Koffing terpental dan menabrak pagar pembatas jalan, tak mampu bangkit.

Bradley menatapku dengan marah dan memasukkan Koffing-nya ke dalam Pokeball. "Aku belum kalah! Ayo, Machamp!!" serunya.

Aku terperangah. Di hadapanku berdiri monster tinggi besar dengan empat lengan yang memukul-mukul ke segala arah. "Haze, giliranmu!" ujarku sambil memasukkan Basher kembali ke dalam bolanya. "Hahahahahaha!!!! Memangnya Pokemon lemah seperti Beedrill bisa menyentuh Machamp-ku?!?! Hajar dia!!!" geram Bradley.

Grrh, Haze tidak lemah! omelku dalam hati. "Kau yang lemah! Haze, mendekat dan serang dengan Poison Jab!"

Haze meliuk-liuk lincah di udara, menghindari tebasan keempat lengan Machamp. Rupanya cukup sulit juga, karena Machamp ternyata lumayan cepat. Ah, aku dapat ide! "Haze, tebarkan Toxic Spikes!"

Haze berputar sejenak, dan duri-duri beracun pun beterbangan mengelilingi Machamp. Yups, itu adalah gerakan baru yang kuajarkan pada Haze selama di Celadon. Dengan begini, gerakan Machamp pun akan terbatasi! "Sekarang, String Shot!" perintahku. Haze pun menembakkan benang-benang halus dari mulutnya, membelit tubuh Machamp.

Bradley malah tertawa. "Hal seperti itu tidak akan bisa menahan Machamp-ku!!" geramnya. Tiba-tiba Machamp melawan, dan benang-benang yang melilitnya putus! Gawat!

"Sial!" umpatku. Tiba-tiba Machamp mengerang. Rupanya kakinya menginjak salah satu duri beracun yang tadi ditebarkan Haze. Jalannya berubah sempoyongan, sepertinya ia terkena efek racunnya. Aku jadi teringat, kalau Machamp punya 2 kemampuan, yaitu Guts dan No Guard. Kalau ia punya kemampuan Guts, maka keadaan bisa lebih parah, karena kekuatan serangannya akan bertambah apabila ia terkena efek status seperti keracunan dan sebagainya. Aku mencoba mengecek Pokedex dan memeriksa kemampuan Machamp. Ah, ternyata benar, kemampuan Machamp milik Bradley adalah Guts! Bisa gawat kalau Haze sampai kena pukulannya, pikirku cemas.

Machamp masih berjalan sempoyongan, tangannya menebas-nebas ke segala arah, dan ia mulai menghancurkan segala yang terkena tebasannya. Efek dari kemampuan spesialnya itu sudah aktif. "Haze, gunakan String Shot lagi!" seruku. Kali ini, Haze membelitnya dengan kuat dan menariknya sedikit, sehingga Machamp kehilangan keseimbangan. Kesempatan! "Hajar dia, Haze!"

BUGGHH!!! Haze mendaratkan sebuah pukulan dengan sengat beracunnya, membuat Machamp sama sekali tak berkutik. Yeah, berhasil!!! seruku dalam hati. Sementara itu, Bradley dan anak-anak buahnya nampak tidak percaya.

"A...apa?! Aku kalah!?!?!" tanyanya tidak percaya. Ia memasukkan Machamp-nya ke dalam Pokeball dan kemudian mendekatiku. "Heh, kau memang hebat rupanya!" ujarnya. "Maafkan sikap kami tadi... Katakanlah kalau ada yang bisa kami lakukan untukmu!" tambahnya sambil berlutut di hadapanku.

Huh? Kulihat sekelilingku, tahu-tahu semua berlutut juga! Ya ampun, rasanya aku seperti seorang pemimpin organisasi kriminal saja! Buru-buru kusuruh mereka berdiri lagi. "Yah... aku sih hanya perlu tumpangan ke Kota Fuschia," ujarku ragu. Bradley tergelak. "Hahahah!! Kalau itu sih tak usah cemas! Kami akan mengantarmu!" serunya sambil menunjuk sepeda motor gandengnya. Wah, asyik nih!

Maka, aku pun duduk di gandengan sepeda motor Bradley, sementara di belakang, anak buah Bradley yang banyak itu mengikuti dengan motornya masing-masing. Fuuh, enak sekali rasanya naik sepeda motor melintasi teluk. Udara laut sore yang cerah terasa sejuk di wajahku. Sekitar pukul enam sore, barulah kami sampai di Kota Fuschia. Aku pun mengucapkan terimakasih pada teman-teman baruku, geng motor Jalur Sepeda. "Tak usah sungkan memanggil kami lagi kalau butuh tumpangan!" begitu pesan Bradley sebelum mereka pergi lagi.

Aku pun mulai melangkah menuju rumahku yang sudah tidak jauh lagi. Mereka pasti kaget kalau aku menceritakan hal ini, pikirku dalam hati. Dan ternyata, perjalanan sendirian kali ini tidak begitu buruk. Malah aku mendapatkan teman baru. Ah, bagaimana ya dengan 'kencan' Sunny dan Gary? Aku sudah tidak sabar lagi untuk meneleponnya sehabis makan malam!

No comments:

Post a Comment