Selamat Datang di blog ini!!
Ini adalah blog yang berisi fanfiction dan beberapa pengalamanku seputar dunia Pokemon.
Enjoy your stay, and don't forget to link back!!


Friday, November 19, 2010

Bagian 24 - Sebuah Awal yang Baru

            Gelap. 

Di mana ini? Apa aku masih di dalam gua?

Tahu-tahu, begitu kubuka mataku, aku sudah berada di kamarku.

Aku hendak bangkit, tapi mendadak rasa sakit menjalar di seluruh tubuhku. Ugh, pasti karena tadi terkena batu runtuh di gua, menyebalkan!

“Sudah sadar rupanya?” tanya Kak Janine yang masuk ke kamar. Aku menoleh. “Sunny mana?”

“Oh, dia sudah bangun lebih awal, jadi dia sedang main-main di Safari Zone,” sahut kakak. Lalu kemudian aku teringat sesuatu. “Ah ya! Bagaimana dengan Haze?!”

“Dia tidak apa-apa,” ujar kakak. “Tapi... Kerusakan pada sayapnya agak parah, mungkin dia tidak akan bisa bergerak segesit dulu lagi.”

Aku hanya tertunduk. Ini semua salahku!

Kak Janine duduk di sampingku. “Jangan menyalahkan dirimu sendiri, itu bukan salah siapapun!” hiburnya. Tiba-tiba ayah masuk ke dalam kamar.

“Ayah?” gumam kakak. “Tidak ada tanda-tanda kebangkitan Mewtwo, kurasa dia sudah terkurung jauh di dalam. Tenang saja,” ujarnya. Tiba-tiba aku teringat lagi ucapan Charon dulu. “Ayah... apa benar kau dulu anggota Tim Roket?”

Mendengar pertanyaanku, Ayah dan Kakak terlihat kaget. “Dari mana kau tahu itu semua?” tanya mereka. “Charon... Saat aku menghadapinya di Kepulauan Sevii...”

Kakak terlihat hendak angkat bicara, namun ayah menghentikannya. “Ya, benar, aku dulu anggota Tim Roket,” jawabnya. Hegh! Jadi Charon tidak berbohong?! “Tapi aku sudah lama keluar karena berselisih paham dengan Giovanni.”

Aku termangu. “Dan kau bebas menyalahkan ayah kalau kau membenci semua itu, Luna.”

Cepat-cepat aku menggeleng. “Aku tidak menyalahkan Ayah! Semua itu sudah terjadi dulu, kan?” sahutku. “Lagipula sekarang mereka sudah dikalahkan, tidak ada lagi yang perlu dipikirkan!”

Ayah tertawa. “Haha, kau benar juga. Sekarang, kalian berdua, ayo turun dari kamar ini!”

Buru-buru aku meloncat dari tempat tidurku. “Oh ya, Kak, siapa yang membawaku dan Sunny ke mari?” tanyaku beberapa saat kemudian. Kak Janine tampak berpikir. “Entahlah, dia laki-laki yang misterius, memakai baju serba hitam... Dia tidak berkata apa-apa dan langsung pergi begitu saja,” gumam Kak Janine sambil mengingat-ingat. “Kau kenal dia?”

Aku hanya tertawa geli dan menggeleng. “Mana mungkin, iya kan?”

***

Hari itu, kereta penghubung daerah Johto dan Kanto kembali beroperasi. Aku memutuskan untuk mengantarkan Sunny yang hendak pulang ke rumahnya di Kota Cherrygrove. Sepanjang perjalanan, ia tak henti-hentinya menceritakan kehebatan kakaknya yang seorang  peternak Pokemon handal meski usianya masih muda. Haze sengaja tak ikut dalam perjalanan itu karena tubuhnya masih lemah.

“Jadi, apa kau tidak akan mencoba mengumpulkan Lencana Gym di Johto?” tanya Sunny. Aku menggeleng. “Aku sadar aku belum cukup kuat untuk semua ini,” sahutku. “Lalu kau mau ke mana setelah ini?”

Sambil menatap ke luar jendela, yang menampilkan pemandangan pohon-pohon yang berlalu dengan cepatnya, aku mengangkat bahu. “Belum pasti sih, tapi aku akan ke tempat yang jauh! Tempat di mana manusia dan Pokemon hidup berdampingan dengan alam, tempat yang benar-benar masih alami!”

Sunny menatapku bingung. “Pedesaan maksudmu?” tanyanya. “Kira-kira seperti itu lah,” sahutku enteng. “Di mana sih?” Sunny kembali bertanya dengan tak sabar. Tahu-tahu kereta sudah sampai di Stasiun Kota Goldenrod. Kami dan penumpang lainnya turun dari kereta. Lalu dengan menaiki Spear dan Latte, kami melesat ke Kota Cherrygrove.

Sekitar lima belas menit kemudian, sampailah kami di rumah Sunny. Rumahnya tak terlalu besar, tapi halamannya luas dan... banyak sekali Pokemon berlarian! Ada Pichu, Togepi, Growlithe, dan lain sebagainya. “Hahaha! Kaget? Orangtua kami memang punya jasa pemeliharaan Pokemon, terutama untuk merawat Pokemon-Pokemon liar yang masih bayi,” ujar Sunny sambil menggendong Togepi yang mendekatinya. Aku terpana. Menyenangkan sekali berada dekat dengan Pokemon!

“Ah, kau sudah pulang, Sunny!” seru seorang gadis yang baru keluar dari rumah Sunny. Ia mengenakan celemek hijau, kemeja lengan pendek warna kuning dan celana selutut warna krem. Rambut panjangnya dikepang. “Cherry!” panggil Sunny. Ah, benar dugaanku, itu kakaknya Sunny yang sedari tadi ia ceritakan! “Hee, kenalkan, ini Luna, temanku yang sering kuceritakan itu!” kata Sunny bersemangat. Kami pun berjabat tangan.

“Ayah dan Ibu kami sedang membantu Kakek dan Nenek kami di pusat Daycare yang ada di dekat Kota Goldenrod,” jelas Cherry. “Aku ambilkan minum dulu!”

“Kita tunggu di sini saja!” seru Sunny sambil menarikku ke bawah pohon rindang. Di sana ada beberapa bayi Pokemon yang sedang bermain. “Haa, bagaimana, menyenangkan bukan?”

Aku mengangguk. “Iya! Aku nggak pernah membayangkan kamu tinggal dikelilingi Pokemon begini!” Sunny hanya tertawa. Kemudian Cherry datang membawakan minuman dan kami pun mengobrol hingga sore. Aku sudah harus pamit pulang.

“Tunggu! Kau belum bilang setelah ini mau pergi ke mana!” cegat Sunny sebelum aku naik ke punggung Latte. Aku menghela napas. Hah, terpaksa aku harus memberi tahunya!

“Aku mau ikut Akademi Pokemon Ranger di wilayah Fiore!” ucapku mantap. Sunny tampak kaget. “Jadi... Pokemon Ranger? Kau serius?”

Aku mengangguk. “Tentu saja! Dengan begini, aku akan lebih tahu banyak bagaimana cara menangani Pokemon, bukan?”

“Baiklah kalau memang itu keputusanmu,” sahutnya. “Yang jelas jangan lupa kabari aku ya!” serunya lagi setelah Latte membubung ke angkasa. Aku hanya mengacungkan jempolku dan kemudian, Latte melesat menuju Kota Goldenrod.

***

Aku sedang bersiap-siap karena sebentar lagi aku akan pergi ke Fiore! Ketua Guild Kota Ring, tempat aku akan menjadi Ranger untuk pertama kalinya, mengatakan bahwa aku hanya diizinkan membawa satu Pokemon sebagai partner. Kupilih Moe, karena kemampuan bertransformasinya pasti akan sangat menguntungkan nantinya. Baru kemudian aku sadar. Ness, Basher dan Latte mau diapakan?

Atas saran ayahku, aku memutuskan untuk mengembalikan Ness ke habitatnya. Kata Sabrina yang memungutnya dulu, Ness terpisah dari kelompoknya. Kami pun mencari kelompoknya dan berhasil. Rupanya Ness senang sekali bisa berkumpul dengan anggota kelompoknya lagi, meski kami sama-sama sedih meskipun harus berpisah. Tapi tidak masalah, kami pasti masih bisa bertemu lagi, bukan?

Basher memutuskan untuk kembali ke rumah Pak Fuji di Kota Lavender. Memang benar, Pak Fuji pasti kerepotan mengurus Pokemon liar yang dirawatnya kalau harus sendirian. Sementara itu, Latte, ia tidak mau pergi ke mana-mana, jadi ia ditugasi mengawasi Pokemon-Pokemon yang ada di Safari Zone. Lalu, Haze akan dilatih oleh kakakku yang memang ahli Pokemon tipe Racun. Fuh, senangnya mereka semua sudah punya tempat yang layak!

“Hati-hatilah di sana!” pesan Ibu sebelum aku memasuki kereta yang akan membawaku ke wilayah Fiore. “Jadilah Ranger yang hebat! Dengar itu!” seru kakakku. Dari dalam kereta, aku melambaikan tanganku sampai akhirnya mereka tak terlihat lagi oleh pandanganku. Dalam hati aku bertekad untuk menjadi Ranger yang hebat, dan kalau aku sudah berhasil, akan menjadi Pelatih Pokemon yang lebih hebat lagi dari sebelumnya!

No comments:

Post a Comment