Selamat Datang di blog ini!!
Ini adalah blog yang berisi fanfiction dan beberapa pengalamanku seputar dunia Pokemon.
Enjoy your stay, and don't forget to link back!!


Tuesday, November 9, 2010

Bagian 21 - Terbang di Bawah Tanah!

"Dia memang benar-benar penipu!" geram Sunny dengan suara rendah. Aku sendiri hanya bisa diam. Ada hubungan apa antara Verise dengan Tim Roket? Kurasa, sebagai anak dari orang yang menemukan Mewtwo, ia memang sudah sewajarnya tahu di mana tempat Pokemon itu berada. Dan aku tahu, ia sangat membenci Mewtwo. Tapi... apa iya bisa menyerahkannya semudah itu ke tangan Tim Roket? 

"Sudahlah! Ayo, kita hancurkan saja menara pemancar itu sendiri!" seru Sunny sambil bangkit berdiri. Namun, KLONTANGG!! Ia menyenggol kaleng-kaleng bekas yang ada di sekitar sana. "Bodoh!" hardikku pelan, bersiap-siap untuk kabur. Tapi...

"Siapa di sana?!" tiba-tiba terdengar suara orang berseru. Uh-oh, sial, kami ketahuan! "Lari!" perintahku. Tapi mendadak aku merasakan sesuatu membekap mulutku dengan kuat. Sial, mereka berhasil menangkap kami!

"Bawa mereka ke hadapan bos!" perintah salah seorang anggotanya. Mereka menarik lenganku dengan kasar dan membawa kami ke dalam museum. Di dalam, kami melihat Proton dan Verise, sepertinya sudah menunggu kami.

"Jadi ini penyusup yang berhasil menumbangkan penjaga-penjagaku? Tidak kusangka," gumam Proton sambil mendekatkan wajahnya ke arahku. Ugh, ingin sekali kutendang wajahnya! "Kira-kira siapa yang menyuruh mereka ke sini, ya? Apa kalian mau memberitahuku?"

"Seumur hidup, tidak akan pernah!" seruku. Proton melangkah mundur, ekspresinya sangat dibuat-buat. "Anak perempuan tak boleh bicara sekasar itu. Tapi, tak apalah. Kalian semua, bawa mereka ke dalam gudang!"

Para anggota Tim Roket itu kembali menyeret kami. Ketika berpapasan dengan Verise, yang sedari tadi diam saja, Sunny sepertinya sudah tak bisa menahan amarahnya. "Pembohong! Ternyata kau sama jahatnya dengan mereka!" semburnya.

Proton menoleh kaget. "Oh, apa kau mengenal mereka, Verise?"

Verise hanya menatapku dan Sunny dengan pandangan dingin, lalu menggeleng pelan. "Tentu saja tidak."

Aku hanya bisa bengong tidak percaya. Jadi dia memang betul-betul mengkhianati kami...?

***

"Makanya sudah aku bilang, dia itu memang tidak bisa dipercaya!" omel Sunny. Kami berdua dikunci di dalam gudang museum. Syukurlah gudang itu bersih, tidak seperti bayanganku. Sunny kembali mengomel. Aku mengintip PokeGear-ku. Sinyalnya masih terganggu. Jam menunjukkan pukul 12.30 malam, tapi anehnya aku belum mengantuk. Pikiranku dipenuhi berbagai pertanyaan.

Tiba-tiba terdengar suara berderak dari luar, diikutin dengan suara pintu yang terbuka. Mata Sunny melotot ketika melihat Verise masuk ke dalam gudang. "Apa yang mau kamu..."

Cowok itu menempelkan telunjuknya di bibir. "Jangan berisik, nanti ada yang dengar."

"Lalu kenapa?!" bentak Sunny kesal. "Pertama, kau membobol Silph Co., sekarang kau bergabung dengan mereka! Apa maumu?!"

"Aku cuma mau mencari tahu tentang Mewtwo," sahutnya dingin. Aku hanya terdiam. "Lalu mengajak mereka?! Apa kau tahu mereka itu siapa?"

"Tahu, tahu. Makanya aku perlu bantuan mereka, karena mereka lebih tahu dariku," jawabnya. Tapi Sunny hanya memasang muka cemberut. "Humph! Aku tidak percaya!"

Kemudian Verise mengalihkan pandangannya padaku. Aku tersentak. "Kau masih percaya padaku kan, Luna?"

Urgh, aku tidak bisa menjawabnya. Awalnya mungkin aku masih percaya padanya, tapi sekarang... rasanya sulit.

Verise mendesah. "Yah, tidak apa-apa kalau kalian tidak percaya. Tapi ada beberapa hal yang harus kuberitahukan pada kalian," ujarnya. "Soal pemancar itu, aku bisa membantu kalian menghentikannya."

Sunny tidak menggubrisnya. Wajahnya masih tertekuk cemberut. "Dan soal kekacauan di Gua Diglett... Sebenarnya, mereka hendak menggunakan sinyal dari pemancar itu untuk mengontol para Diglett dan Dugtrio untuk membangun semacam terowongan bawah tanah ke dalam Gua Cerulean, berhubung pintu masuknya sudah tertutup."

Aku hanya terdiam. Sinyal itu bisa mengontrol Pokemon! Apa gunung meletus di Pulau Cinnabar juga ulah mereka?

Seolah bisa membaca pikiranku, Verise berkata, "Kalau soal Pulau Cinnabar, aku tidak tahu apa-apa, tapi yang kudengar tidak ada korban nyawa karena kejadian itu."

Aku sedikit lega mendengarnya. Kemudian Verise bangkit berdiri. "Akan kuhentikan sinyal pemancar itu, dan kalian juga bisa meninggalkan tempat ini sekarang. Tapi semuanya terserah pada kalian apakah kalian bisa meloloskan diri dari para penjaga."

Ia menutup pintunya. Sunny kembali mengomel, "Hah, jangan-jangan ia mau menjebak kita lagi!"

Aku melangkah ke arah pintu. Ia tidak menguncinya! "Hei, lihat ini!" bisikku pada Sunny. "Kita bisa keluar lewat sini."

"Dan membuat para penjaga tahu? Jangan bodoh."

"Ya kita hajar saja mereka, seperti yang kita lakukan di gedung Silph Co.! Apa susahnya?" sahutku enteng sambil membuka pintu. "Hah, iya deh!" jawabnya menyerah.

Maka kami pun mengendap-endap mencari jalan keluar dari museum. Tidak ada penjaga sama sekali di dalam sana. Malah sepertinya aku mendengar suara riuh dari luar. Apa mungkin semuanya sedang berada di luar?

Tak lama kami berhasil keluar dari museum itu. Ada beberapa anggota Tim Roket yang berkeliaran. Aku dan Sunny terpaksa mengendap-endap. Mereka sepertinya sedang membicarakan sesuatu.

"Rencana Bos berhasil sempurna. Sekarang terowongan itu sudah selesai!" ujar salah satu dari mereka.

"Ya, sekarang kita bisa masuk ke dalam Gua Cerulean dari sini!" sahut yang lainnya. Aku tertegun. Benar seperti apa yang dikatakan Verise tentang rencana mereka untuk membangun jalan menuju Gua Cerulean. Setelah anggota Tim Roket itu pergi, kami buru-buru membuntutinya.

"Itu ya, terowongannya?" bisikku pada Sunny. Dari balik semak-semak, kami melihat beberapa anggota Tim Roket sedang berdiri di sekitar sebuah lubang besar. "Hei! Apa bos Proton sudah masuk?" tanya salah satu dari mereka. "Ya, bersama dengan Ketua Giovanni. Aku yakin mereka akan berhasil mengalahkan Pokemon Legendaris itu!"

Napasku tercekat. Giovanni! Rupanya dia benar-benar serius!

"Sekarang bagaimana caranya kita mencegah mereka?" tanya Sunny serius. Aku mengangkat bahu. Tiba-tiba, dari arah museum terdengar suara alarm yang memekakkan telinga.

"Hei! Ada apa?" tanya salah seorang anggota Tim Roket yang sedang berjaga. Mereka langsung berbondong-bondong menuju museum, meninggalkan lubang terowongan itu tanpa penjagaan. Ha, bodoh sekali! Aku menoleh ke arah Sunny, memberi isyarat untuk masuk ke dalam terowongan itu.

Di dalam gelap sekali! Aku menyalakan senterku. Sepertinya terowongan ini sangat panjang. Tak heran sih, karena terowongan ini menghubungkan Kota Pewter dan Kota Cerulean. Tapi bagaimana pun juga, tak mungkin bisa sampai tepat waktu kalau harus berjalan sejauh ini...

"Aha! Naik Latte saja!" usul Sunny. Hah? Aku melongo. Tapi terowongan ini memang cukup lebar, kurasa cukup untuk Latte terbang. "Tapi kenapa bukan Spear saja?"

"Spear jadi trauma dengan gua. Lagipula Latte lebih cepat," sahutnya santai. Maka kukeluarkan Latte dan kami pun naik ke punggungnya. "Berangkat!"

No comments:

Post a Comment