Selamat Datang di blog ini!!
Ini adalah blog yang berisi fanfiction dan beberapa pengalamanku seputar dunia Pokemon.
Enjoy your stay, and don't forget to link back!!


Tuesday, November 9, 2010

Bagian 19 - Ilusi

BLARRR!!! Entei menyemburkan api besar dari mulutnya, membakar barang-barang yang ada di situ. Charon hanya tertawa. "Bagus! Lakukan lagi! Hahahah!" 

Ugh! Untung saja kami cepat-cepat menghindar dan bersembunyi. "Sial, apa sih maunya orang itu?!" geram Sunny. "Spelo! BubbleBeam!"

WHURR... Spelo menembakkan gelembung-gelembung air ke arah Entei, membuatnya sedikit terganggu. Tapi serangan itu ternyata sama sekali tidak mempengaruhinya! Ia menyemburkan api ke arah Spelo. "Basher! Gunakan Bonemerang!"

WHUTT!! Basher melemparkan tongkatnya, tepat mengenai Entei. Tapi ia samasekali tidak bergerak! "Hahahah!! Habisi pengganggu itu!"

Tiba-tiba tubuh Entei dikelilingi api dan dengan kecepatan penuh ia berlari ke arah Basher. Gawat, itu serangan Flare Blitz! "Basher, menghindar!" seruku cepat. Urrf, nyaris saja serangan tadi mengenainya!

"Kalian tidak apa-apa?" seru Pak Blaine dari dalam selnya. "Charon! Hentikan! Mereka cuma anak-anak!!"

Tapi orang tua berambut aneh itu tidak menggubrisnya. "Hahahah!!! Apa peduliku?! Yang menghalangi rencanaku memang pantas mendapatkannya! Ayo, serang lagi, Entei!!"

Gila! Orang tua itu sudah gila! Semburan api Entei belum juga berakhir, malah sepertinya tidak akan berhenti sampai seisi tempat ini terbakar. "Apa-apaan orang ini!?" pekik Sunny. Ugh, kalau begini kami tidak bisa mendekatinya untuk menyerang!

Jeremy merangkak mendekat. "Uhm... sepertinya Siren bisa melakukan sesuatu untuk membebaskan Kakek dan Pak Blaine, tapi kalau keadaannya begini terus, sih, nggak bisa!" ujarnya. Humph, iya juga ya...

Tiba-tiba Sunny mengeluarkan Wisper. "Kurasa dia bisa membantu!" katanya. "Wisper! Maju!"

Wisper melompat keluar dari tempat persembunyian kami dan menyemburkan Fire Blast. Dengan cepat, Entei menghindar dan menembakkan apinya ke arah Wisper. Gawat! Tapi kenapa Sunny tidak menyuruhnya menghindar?!

BLAARR!!! Api yang disemburkan Entei mengenai Wisper... tapi anehnya ia tidak terluka sama sekali! Malah sepertinya kekuatannya bertambah. "Sekarang, Wisper, Fire Blast!"

Semburan api Wisper menjadi jauh lebih kuat dan lebih besar dari yang sebelumnya. Ah ya, tentu saja! Itu karena Wisper punya kemampuan Flash Fire yang akan meningkatkan kekuatannya apabila dikenai api. "Baiklah... sekarang giliranku! Siren, gunakan Frenzy Plant!"

Seketika tempat itu berguncang hebat, atap-atapnya mulai runtuh, dan dari lantai bermunculan batang-batang kayu tajam! Aku buru-buru berlari mencari tempat yang aman. Lama-kelamaan, batang-batang kayu itu tumbuh semakin tinggi dan besar, hingga mengoyak atap gudang itu. Wow, hebat sekali!

"Wuah," gumam Sunny sambil meloncat ke tanah tak jauh dari tempatku berpijak. Tanah itu sudah terangkat jauh seiring dengan tumbuhnya batang-batang kayu itu. Aku melihat ke sekelilingku. Jeremy dan Siren sedang membantu Pak Fuji dan Pak Blaine keluar dari kurungannya. Tapi... hei, aku tidak melihat Entei!

"Apa itu?!" seru Sunny sambil menunjuk ke langit. Bukannya Entei, tapi sesosok burung dengan bulu sewarna pelangi. Astaga, itu kan...

"Ho-Oh!" seru Pak Blaine. "Tapi kenapa bisa? Jangan-jangan..."

"Hahahah!!! Dengan begini aku tidak akan terkalahkan! Ho-Oh, gunakan Sky Attack!"

Tubuh Ho-Oh mengeluarkan sinar putih dan... uh-oh, dia mengarahkan pandangannya kepadaku!! Gila, apa yang harus kulakukan?! "Luna, jangan takut! Itu bukan Ho-Oh yang asli!" tiba-tiba Pak Blaine berseru. Huh?! Bukan yang asli? Apa maksudnya?

"Serang dia dengan serangan terkuatmu! Dia pasti akan kalah!" tambahnya lagi. Aku pun memutuskan untuk mengeluarkan Latte karena serangannya yang paling kuat di antara Pokemon-ku. "Latte, serang dia dengan Iron Head!"

WHUSSH!! Ho-Oh dan Latte melesat cepat, dan berbenturan dengan keras di langit. Ugh! Semoga dia tidak apa-apa, harapku cemas. Tiba-tiba tubuh Ho-Oh diliputi cahaya menyilaukan, dan anehnya... tubuhnya menyusut! Hah?!

"Sial!" geram Charon. Sunny dan Jeremy hendak mengejarnya, namun ia melemparkan bola asap dan menghilang begitu saja. "Brengsek! Dia pergi!" umpat Sunny kesal.

Aku berlari kecil ke arah 'tubuh' Ho-Oh yang terjatuh, namun di sana aku hanya melihat... Eh? Gumpalan apa itu?

"Itu Pokemon Ditto!" seru Pak Fuji yang tahu-tahu sudah ada di belakangku. "Jadi itulah mengapa Entei bisa berubah dan menjadi Ho-Oh..."

Aku men-scan Ditto ke dalam Pokedex-ku. Di sini memang dikatakan kalau Ditto bisa berubah menjadi apa saja yang ia lihat. "Tapi aneh, bukannya Ditto tidak bisa membesarkan tubuhnya sebesar objek aslinya? Dan mereka juga tidak bisa bertransformasi hanya dengan mengandalkan ingatan..." celetuk Jeremy.

"Kurasa... Ditto yang ini berbeda. Dia bahkan bisa meniru kekuatan asli dari Pokemon yang ditirunya. Ditto lain tak akan bisa!" ujar Pak Fuji. "Hohoho, seperti yang bisa diperkirakan dari temuan Charon!" sambung Pak Blaine.

Tiba-tiba Ditto itu merangsek ke tanganku. Pak Fuji tertawa. "Sepertinya dia menyukaimu, Luna!"

"Huh? Benarkah? Apa dia boleh ikut denganku?"

"Hanya dia yang tahu."

Aku melemparkan Pokeball ke arah Ditto itu, dan... tertangkap! Yeah, aku dapat Pokemon baru!

"Heh, sekarang, ayo kita kembali Pulau Cinnabar!" seru Sunny tidak sabaran.

***

Sekarang kami sudah berada di kafetaria Pokemon Center di Pulau Cinnabar. Ditto yang baru kudapatkan itu kuberi nama Moe.

"Nama yang aneh!" komentar Sunny dengan sinis. Heh, siapa juga yang minta pendapatmu?

Kemudian Jeremy datang membawakan minuman. "Maaf menunggu, gadis-gadis!" gelaknya. Kami pun mengobrol sebentar di sana sampai seseorang menghidupkan TV yang terpasang di ruangan itu. Anehnya, TV itu sepertinya tidak menerima sinyal apapun.

"TV-nya rusak, ya?" celetuk Sunny. Aku mengangkat bahu. "Eh, PokeGear-ku juga nggak berfungsi, aneh!" gumam Jeremy. Begitu pula yang terjadi ketika aku dan Sunny mengecek PokeGear kami. Tidak berfungsi sama sekali!

Kami memutuskan untuk keluar dari Pokemon Center dan menanyakan pada Pak Blaine. "Ah! Kalian!" tiba-tiba Pak Blaine memanggil kami. "Luna dan Sunny, tadi Janine mengirim pesan dan menyuruh kalian untuk segera pergi ke Kota Vermillion," katanya. "Dan Jeremy, kau harus kembali ke Lavender bersama kakekmu."

"Huh? Ngapain lagi, sih?" gerutuku. Sunny sendiri sudah menyiapkan Spear untuk pergi ke Vermillion. "Kurasa ini ada hubungannya dengan apa yang terjadi belakangan ini?" tambah Pak Blaine sebelum kami pergi.

Spear melesat melintasi lautan, menuju Kota Vermillion. Mendadak perasaanku jadi tidak enak. Sudah beberapa hari ini juga aku tidak mendapat kabar dari Verise. Keberadaan Giovanni juga belum jelas. Ditambah lagi, kata-kata Charon masih terngiang di benakku. Benarkah ayahku seorang anggota Tim Roket...?

No comments:

Post a Comment