Selamat Datang di blog ini!!
Ini adalah blog yang berisi fanfiction dan beberapa pengalamanku seputar dunia Pokemon.
Enjoy your stay, and don't forget to link back!!


Friday, November 19, 2010

Bagian 23 - Pertarungan Terakhir

“Hahahaha!!! Bagaimana, kau suka hadiah dari Mewtwo? Itu masih belum apa-apa!” seru Giovanni. “Mewtwo, serang mereka!”

Bugghh!! Pukulan brutal Mewtwo berhasil ditahan oleh Spelo. “Pengecut! Beraninya menyerang Trainer tanpa Pokemon, lawanmu adalah aku!” seru Sunny geram. Spelo menyemburkan air yang membuat Mewtwo mundur beberapa langkah, tapi tak lebih dari itu. Sementara itu, dengan sekuat tenaga aku mengangkat batu yang menimpa tubuh Haze. Oh tidak... Sayap kanannya robek parah!

“Sekarang giliran kalian, Latte, Basher!” ujarku sambil memasukkan lagi Haze ke dalam Pokeball-nya. Aku tidak sanggup memikirkan keadaan Haze nantinya. “Latte, Sky Attack! Basher, Bonemerang!”

Whutt!!! Lemparan tongkat Basher berhasil dihindari Mewtwo dengan mudah, tapi itu cuma pengecoh. Dengan kecepatan penuh Latte menyerang Mewtwo yang lengah dari belakang. Pokemon itu terjerembap.

“Tidak semudah itu! Mewtwo, Psycho Cut!!”

Mewtwo bangkit, melompat dan bersiap-siap menghajar Latte, namun ia sudah menghindar dengan cekatan. Semburan api keluar dari mulut Latte, hanya dengan tujuan untuk membuat Mewtwo lengah akan kehadiran Bonemerang yang kedua. Mewtwo terpukul mundur! “Spelo, giliranmu!” Sunny berseru. Semburan air yang kuat kembali menerjang Mewtwo. Bagus, kalau begini terus mengalahkannya bukanlah hal yang mustahil!

Spelo masih menyemburkan air tanpa henti ketika sebuah pukulan keras mengenainya dengan telak. Sial, rupanya yang diserang oleh Spelo sejak tadi adalah tiruan yang dibuatnya dengan teknik Substitute! “Latte, Basher, serang dia!” perintahku cepat. Sunny rupanya juga sudah bergerak. “Wisper, Fire Blast!”

Tapi hal itu tak lebih dari sebuah hiburan bagi Giovanni. “Ha, kalian pikir serangan-serangan seperti itu bisa mengalahkan Mewtwo? Tidak akan pernah!”

Ugh, aku benci orang bermulut besar seperti itu! Tapi kemudian Mewtwo berubah aneh. Mendadak seluruh tubuhnya dikelilingi aura putih. Matanya bersinar terang.

“A... apa yang terjadi?” pekik Sunny. Gua itu sekali lagi bergetar, kali ini lebih kuat. Sepertinya serangan-serangan tadi membangkitkan amarah Mewtwo! Akan tetapi aku dan Sunny belum berniat untuk menyuruh Pokemon kami berhenti. “Basher, Bone Club!” perintahku. Tapi ketika Basher hendak mengayunkan tongkatnya, sebuah batu besar menubruknya dari samping. Batu yang dikontrol oleh kekuatan psikis Mewtwo! Batu yang lumayan besar itu rupanya cukup untuk membuat Basher tak bisa berkutik. Keterlaluan!

Belum puas, Mewtwo kali ini mengayunkan batu lainnya ke arah Wisper! “Aah, awas!” pekik Sunny. Terlambat, gadis itu berlari ke arah Wisper dan berusaha melindunginya! Gua masih berguncang, sebongkah batu raksasa berhasil menghalangi langkahku yang hendak menyusul Sunny.

“Bahaya... Latte, kembali!” gumamku. Mewtwo masih mengamuk dan memukul-mukul ke segala arah. “Mau tak mau, hanya kau yang bisa,” ujarku pada Moe. Ia mengangguk dan tubuhnya bersinar, berubah menjadi Steelix. Dengan tubuh kuat Steelix, aku berhasil menyingkirkan bebatuan dan menemukan Sunny serta Wisper.

“Kau tidak apa-apa?” tanyaku. Tapi gadis itu tak bergerak, pingsan. Menyebalkan sekali! Dan ini semua karena kelakuan bodohnya. Tapi apa lagi yang bisa kuperbuat? Kupapah ia ke pojok gua. “Moe, kau lindungi dia di sini!” pintaku. Lalu aku menatap Wisper. “Kau mau membantuku?”

Ia mengangguk tanpa ragu. Guncangan juga sudah mereda. Bagus, sekarang bagaimana caranya menghentikan Mewtwo. Aku masih punya Latte dan Ness. Tiba-tiba aku mendapatkan ide gila. Kukeluarkan mereka semua. “Baiklah, Latte, Ness, dan kau, Wisper, serang dia dari arah yang berbeda! Aku akan coba melakukan sesuatu.”

Maka kami berpencar mengepung Mewtwo yang masih mengamuk.  Semburan api Wisper, serangan udara Latte, dan semburan air Ness cukup untuk membuat Mewtwo kewalahan. Sementara itu aku menyelinap di antara bebatuan yang berjatuhan.

“Kurasa kau bahkan tak bisa mengontrolnya, ya kan?”

Giovanni terkekeh. Seperti yang sudah kuduga, ia masih berada di sekitar sana. “Yah, kau benar, kurasa aku masih belum cukup kuat untuk itu,” gumamnya. “Kali ini kubiarkan kau, karena sepertinya kau tak bisa bertarung lagi.”

Aku tertawa. “Sungguh? Tapi aku masih ingin bertarung!”

“Kuladeni asalkan kau mengeluarkan Pokemon-mu terlebih dahulu,” sahut Giovanni sambil mengeluarkan kembali Nidoking-nya.

“Kau bercanda? Aku sudah mengeluarkannya dari tadi!”

Whurrr!! Gumpalan pasir menyembur dari bawah kaki Nidoking, membuatnya panik. Giovanni tersentak. “Hahaha! Bagaimana menurutmu? Totto memang bukan Pokemon-ku, tapi dia tidak buruk, kan?”

Giovanni terkekeh lagi. “Taktik yang cerdas, Gadis Kecil! Kurasa kau memang bukan Trainer sembarangan... Nidoking, Megahorn!”

Serangan yang percuma! Totto yang kecil dan gesit dengan mudah menghindari tandukan mematikan Nidoking. Totto menggali ke bawah tanah, dan kembali muncul dari bawah kaki Nidoking, menyerang tanpa disadari. Namun kali ini rupanya Nidoking sudah bisa membaca serangan tersebut. Ia melompat menghindar dan menghujamkan pukulan keras yang nyaris saja menyentuh Totto.

Mendadak guncangan yang tadi sudah mereda kembali terjadi, kali ini jauh lebih keras! “Kurasa sampai di sini saja pertarungan kita, Nak, sampai jumpa!” ujar Giovanni. Aku hendak mencegahnya, tapi terlambat! Ia sudah pergi bersamaan dengan asap yang mengepulnya. Sial, Bola Asap! Buru-buru kucari Latte, Ness dan Wisper. Mereka rupanya masih menyerang Mewtwo. Akan tetapi sepertinya semua serangan itu hanya membuatnya tambah mengamuk!

“Kembali, kalian semua! Gua ini mau runtuh!” seruku panik. Kusambar Pokeball dan kumasukkan mereka semua kembali, berusaha menghindari Mewtwo yang sepertinya memang ingin menghancurkan tempat ini. Parah sekali! Aku berlari ke tempat Moe dan Sunny berada, menghindari bebatuan yang berjatuhan di perjalanan.

Selangkah lagi...

Tiba-tiba sesuatu mengenaiku... Entah apakah itu mengenai pundakku atau kepalaku, atau apalah, aku tak bisa mengingatnya, karena begitu sesuatu itu menubrukku, aku terjerembap ke tanah. Kini badanku benar-benar tak bisa bergerak! Sial...

Tapi mataku masih sempat menangkap sekelebat bayangan hitam yang melesat ke arahku, mengangkat tubuhku, sebelum pandanganku gelap seluruhnya...

No comments:

Post a Comment