Selamat Datang di blog ini!!
Ini adalah blog yang berisi fanfiction dan beberapa pengalamanku seputar dunia Pokemon.
Enjoy your stay, and don't forget to link back!!


Saturday, April 23, 2011

Bagian 36 - Pokemon Bayangan

Hegh! Apa dia bilang tadi? Melenyapkan... AKU? Aku terbelalak kaget. Darimana ia tahu soal aku? Apa mereka sudah mengetahui kalau akulah yang menangkap salah satu anggota mereka? Kalau itu benar, mungkin tebakanku soal mereka mencuci otak pria yang kutangkap itu benar.

Pak Briney juga kaget. “Apa maksudmu ingin melenyapkannya?” tanyanya gusar. “Tidak ada yang boleh membuat masalah di atas kapalku ini! Peeko, Tembakan Air!”

BRUSSHH! Peeko menembakkan air dari paruhnya, tapi Vaporeon milik laki-laki itu dengan sigap melindungi pemiliknya. Dan anehnya, Vaporeon itu sama sekali tidak tampak kesakitan. Malah sepertinya ia senang disiram dengan air. “A-haha! Kemampuan Penyerap Air milik Vaporeon memang bagus sekali, bukan?” seru laki-laki itu senang.

“Sora, Pukulan Petir!” perintahku cepat. Syuut! Sora melompat ke arah Vaporeon dan menerjangnya dengan pukulannya. Tapi Vaporeon berhasil menghindar dan menubruknya dengan seluruh kekuatan tubuhnya, membuat Sora terlempar dan pingsan. “A-haha! Cuma segitu kemampuan Pokemon-mu?” ejek orang itu.

Ugh, aku benci orang ini! Sora kumasukkan kembali ke dalam Pokeball-nya. “Moe! Ayo pindah dari sini!”

“He-he-hei! Mau kabur?” seru laki-laki itu. Aku segera melompat ke punggung Moe yang sudah berubah menjadi Tropius. “Tidak, hanya saja aku lebih suka kalau kita bertarung di tempat yang bagus!”

Moe mendarat di atas dek kapal karam yang berada tak jauh dari situ. Kuberi isyarat pada Pak Briney untuk pergi menjauh dari sana. Laki-laki misterius itu juga sudah sampai di tempatku berada dengan menaiki gelombang air yang dibuat oleh Vaporeon-nya.

“Cih, jadi kau bertindak sok pahlawan, nih?” ujarnya sambil melirik ke arah kapal Pak Briney yang sudah melaju menjauh. “Tidak kok, aku hanya menyuruhnya untuk menjauh agar tak menganggu pertarungan ini!” balasku. “Moe, Razor Leaf!”

“Lambat! Vaporeon, Angin Beku!” kata si laki-laki bersemangat. Whusshh... mendadak berhembus angin dingin yang membekukan daun-daun pemotong Moe, juga kaki-kaki Tropius-nya. “Moe, berubah!” seruku. Dengan gesit Moe berubah menjadi seekor Masquerain, membuatnya terbebas dari es yang memerangkapnya. “Sekarang, Angin Perak!” perintahku.

Ia mengepak-ngepakkan sayapnya, menciptakan hembusan angin keras yang bertabur debu keperakan. Vaporeon milik laki-laki sialan itu tampak kesakitan, tapi sepertinya tidak ada efek yang terlalu signifikan. “Bah! Segitu saja kemampuanmu? Ayo Vaporeon, jurus Air Terjun!” perintahnya. Vaporeon berlari kencang ke arah Moe. “Awas Moe!” aku berseru panik. Namun, dengan cekatan Vaporeon itu membelokkan arah larinya dan berhasil menubruk Moe yang sudah menghindar. Moe terkapar tak berdaya dan kembali berubah ke wujud asalnya. “A-haha! Kau memang payah, ya?” sindir laki-laki itu, membuatku ingin meninju wajahnya.

Sial, kalau begini yang tersisa hanya Rift, batinku sambil mengembalikan Moe ke Pokeball-nya. “Rift, aku mohon bantuanmu, ya!” ujarku sambil mengeluarkan Rift dari Pokeball-nya. Laki-laki itu tiba-tiba berseru senang. “Oh, Mudkip? Wah, ini pertarungan yang menarik!”

“Rift, gunakan Hantaman Tubuh!” seruku. Tapi, hal yang kukhawatirkan terjadi. Rift malah memandangku dengan pandangan mengejek dan diam di tempat. Oh sial! Kenapa harus di saat seperti ini?! “Rift, kumohon! Hanya kau yang bisa membantuku!” pintaku. Tapi Rift tetap bergeming. “Heh, kau mau serius atau tidak?” seru si laki-laki. “Kalau tidak, aku yang menyerang duluan! Vaporeon, Hydro Pump!”

“Awas, Rift!” seruku. Tapi terlambat, tembakan air milik Vaporeon mendorong Rift sampai jauh. Buru-buru kutangkap tubuhnya sebelum ia terjatuh keluar kapal. “Huff, harusnya kau lebih hati-hati,” nasehatku. Tapi Pokemon itu tak mendengarkan kata-kataku. Ia malah melompat menjauh, hendak menyerang Vaporeon!

Tanpa kuperintah apa-apa, ia menembakkan Tembakan Air berkekuatan raksasa miliknya itu. Awalnya kupikir itu percuma karena kemampuan Penyerap Air yang dimiliki Vaporeon, tapi ternyata perkiraanku meleset! Vaporeon yang tak mengira akan kekuatan Rift, terdorong dengan kuatnya hingga membentur pangkal tiang kapal. Ia pingsan tak berdaya. Laki-laki pemilik Vaporeon itu terperangah.

“Haha, sepertinya kau kalah kali ini!” seruku kemudian. Tapi laki-laki itu malah tertawa. “Kau yang kalah, gadis kecil!” sahutnya. Tiba-tiba ia mengeluarkan sesuatu yang kukenali sebagai Styler. Uh-oh! Apa ya yang mau ia lakukan?

Dengan cepat, alat serupa gasing dari Styler tersebut berputar dan memerangkap Rift. “Hei, apa yang kau lakukan?! Dia itu milikku!” geramku. Laki-laki itu tertawa keras. “A-haha! Tidak apa-apa, kan? Dia kuat, dan yang lebih penting, sepertinya ia tak mau mendengarkanmu?” ia balik bertanya. “Kalau begitu, lebih baik kalau ia jadi milikku saja, Reef si Ranger penguasa lautan!” serunya.

Ngaco! Aku mengumpat dalam hati. Dengan cepat aku berlari hendak menyelamatkan Rift, tapi lingkaran penangkap yang dibuat oleh Styler-nya mengeluarkan gelombang kejut yang menyengatku dengan cukup keras. “Aaauh!!” teriakku. Kulitku serasa terbakar. Ugh, rasanya sakit juga, tapi aku tidak peduli. Aku harus menyelamatkan Rift!

Mendadak, Rift yang berada di tengah lingkaran itu mengeluarkan cahaya dan sekujur tubuhnya tampak membesar. Ketika cahaya itu meredup, yang kulihat hanyalah sesosok Pokemon yang tak kukenali yang berdiri di atas dua kakinya dan... berwarna hitam?!

“A-haha! Kau suka itu, gadis kecil?” tanya si laki-laki misterius yang mengaku bernama Reef itu. “Mudkip kecil milikmu sudah berubah menjadi Marshtomp... atau harus kusebut, Pokemon Bayangan!”

Hegh! Apa lagi itu Pokemon Bayangan? “Hei, aku tidak peduli dengan semua urusanmu, kembalikan Rift-ku!” geramku kesal. “Kembalikan? Enak saja! Dia sudah jadi milikku dan hanya akan menuruti perintahku!” sahut Reef. “Nah, Marshtomp-Bayangan, serang gadis itu!”

BRUUSHHH!! Rift menembakkan Tembakan Airnya ke arahku, membuatku tergelincir dan terjatuh di atas dek yang licin. Aku terbatuk-batuk karena air memasuki mulut dan hidungku. Ugh, kenapa jadi begini? Kenapa Rift... jadi berwarna hitam? Dan menyerangku? Apa ia tidak mengenaliku? Ataukah...

No comments:

Post a Comment