Selamat Datang di blog ini!!
Ini adalah blog yang berisi fanfiction dan beberapa pengalamanku seputar dunia Pokemon.
Enjoy your stay, and don't forget to link back!!


Saturday, April 9, 2011

Bagian 35 - Sebuah Misi

Keesokan harinya...

Aku sedang duduk-duduk membaca buku pemberian Spenser di salah satu bangku di taman rumah sakit ketika seseorang menepuk pundakku. “Hei, Steven!”

Yang disapa hanya tersenyum. “Kenapa ada di sini? Menunggu siapa?” tanyanya ramah seperti biasa. “Kau tentu saja! Apa kakimu sudah baikan?” aku balas bertanya. Kemarin, sekeluarnya kami dari gua, aku memang mengantarkan Steven ke rumah sakit karena ternyata kakinya cedera karena terkena runtuhan batu. Pihak rumah sakit menyuruhnya untuk menginap di sana selama semalam. “Cuma hal kecil, tak masalah.”

Mendadak PokeNav-ku berdering. Aku pun minta izin untuk menerima telepon. “Aah... halo?” gumamku. “Haha, halo, Asisten kecilku!”

“Kak Spenser!” seruku. Ya, ia adalah Spenser, mentorku sekaligus Ketua Asosiasi Ranger di Kota Ring, nun jauh di daerah Fiore sana. Spenser hanya tertawa mendengar reaksiku. Ia mungkin memang orang yang serius dalam pekerjaannya, tapi sebenarnya ia cukup santai. “Bagaimana liburanmu di Hoenn, Adik kecilku?”

“Liburan dari mananya?” tanyaku ketus. Spenser kembali tertawa. “Kau bebas dari segala tetek-bengek urusan Ranger di sini, dan kau sedang berada di Hoenn yang merupakan tujuan wisata terkenal... Masa’ tidak kau anggap sebagai liburan?” protes Spenser dengan nada jenaka. Aku hanya mencibir. “Iya, memang... tapi aku di sini kan menjalankan misi,” gerutuku.

Spenser tertawa lagi, membuatku tambah jengkel. Tapi kemudian ia berdeham. “Oh ya, ngomong-ngomong soal misi...”

“Aku berhasil menangkap salah satu anggota mereka, kau sudah dengar itu?” potongku menggebu-gebu. Yah, sesekali membanggakan prestasiku ‘kan tidak apa-apa? Spenser tertawa kecil. “Sudah, sudah. Dan aku juga ingin membahas soal pria yang kau tangkap itu,” lanjutnya.

“Kemarin, pihak Ranger di Rustboro menginterogasinya. Tapi pria itu bersikeras tidak mau mengatakan apa-apa,” jelas Spenser. Aku manggut-manggut. “Tapi, ketika hendak diinterogasi kembali pagi kemarin, ia ditemukan dalam keadaan tidak sadarkan diri. Dan anehnya, ia tidak bisa mengingat apa yang sudah terjadi hari-hari sebelumnya.”

Aku mengernyitkan alis. “Hilang ingatan?” tebakku asal. “Aku juga tidak tahu, masih diselidiki,” sahut Spenser. “Oh ya, satu lagi. Soal partner tugasmu.”

Aku mendengus kesal. “Ya, ya, aku sudah lama menantikannya! Mana sih orang itu?” tanyaku gusar. Lagi-lagi Spenser hanya tertawa kecil. “Sabar, sabar. Ada sedikit perubahan. Kurasa kau harus menemuinya sendiri di Fallarbor.”

“Kok gitu? Katanya aku akan dijemput di Slateport setelah aku kembali dari Littleroot!” protesku lagi.

“Yah, mau bagaimana lagi. Partnermu baru dapat tugas mendadak dari markas Fallarbor, jadi dia belum bisa ke sana. Mungkin kalau kau sudah sampai Fallarbor, tugasnya sudah selesai,” kata Spenser menenangkan. “Tenang saja, lagipula tujuanmu memang ke Fallarbor, kan?”

Aku mengiyakan dengan nada datar. “Baiklah, selamat menjalankan tugasmu, Luna!” kata Spenser menyemangati. KLIK! Telepon ditutup. “Hei, ada apa?” tanya Steven ketika aku kembali menghampirinya. Aku menggeleng. “Tidak, hanya saja... sepertinya aku harus kembali menjalankan tugasku sebagai Ranger.”

“Kalau begitu, semoga berhasil!” ucapnya. Aku mengangguk senang. “Kalau saja ada yang bisa aku bantu, aku akan melakukannya, tapi sayangnya aku harus segera kembali ke Liga Pokemon. Tadi mereka sudah menghubungiku juga.”

“Lho? Tapi kakimu kan cedera? Tidak apa-apa?” tanyaku khawatir. Steven hanya tersenyum. Senyumannya... sungguh maut. “Cuma terkilir sedikit, lagipula pihak rumah sakit sudah mengizinkanku pulang,” jelasnya. Aku cuma ber-O tanpa suara. Kami pun berjalan keluar rumah menuju Pokemon Center yang terletak tepat di sampingnya. Kulihat kaki Steven sepertinya memang sudah tidak apa-apa, meski ia berjalan sedikit pincang. “Nah, sampai di sini saja, ya?” kata Steven sambil, lagi-lagi, tersenyum. Aku cuma bisa mengangguk karena lidahku kelu.

Steven kemudian mengeluarkan sebuah Poke Ball dari sakunya. Dari bola monster itu, keluarlah seekor Skarmory. Tanpa menunggu lama, laki-laki itu segera meloncat ke punggung si Burung Besi. “Aku pergi dulu, Luna. Hubungi saja aku kalau perlu apa-apa.”

Aku hendak melambaikan tanganku, ketika aku teringat akan sesuatu. “Tunggu dulu, Steven!” cegatku.

“Ada apa?”

“Umm... Apa kau pernah pergi ke Kanto... Kira-kira enam tahun yang lalu?”

Steven menggeleng tanpa ragu. “Tidak, 2 tahun lalu adalah pertama kalinya aku pergi ke Kanto karena undangan Liga Indigo. Memangnya ada apa?” tanyanya. “Oh, tidak ada apa-apa kok! Cuma bertanya saja,” jawabku berkelit. “Sampai jumpa, Steven!”

Kejadian berikutnya adalah mataku terus memperhatikan Skarmory yang ditunggangi Steven membubung di angkasa, makin lama makin menjauh hingga hilang sama sekali dari pandanganku. Ah, rupanya bocah misterius itu bukan dia, batinku.

***

Akhirnya, aku batal menantang Gym Dewford. Dan mungkin juga Gym-gym lainnya. Yah, kali ini aku harus fokus pada tugas. Keanehan yang terjadi pada anggota mereka yang ditahan oleh Kantor Ranger Rustboro itu membuatku menduga-duga: mungkin anggota yang lain datang dan menghilangkan ingatannya agar pria itu tidak membocorkan tentang kelompok mereka lebih jauh. Mungkin begitu. Aah, aku juga tidak tahu, sih. Yang jelas, hal itu memberitahukanku kalau aku harus lebih waspada, tidak lagi bersantai-santai!

Dengan kapal kesayangan Pak Briney, kami melanjutkan perjalanan menuju Kota Slateport. Perjalanan sepertinya tidak akan memakan waktu lama karena hari ini cerah sekali. Bahkan bisa dilihat ada beberapa orang berenang berseliweran di tengah laut.

Sudah tengah hari ketika kami melewati sebuah bangkai kapal di tengah laut. Tiba-tiba datang sebuah kapal cepat yang merapat di samping kapal Pak Briney. Nakhoda tua itu menghentikan kapalnya secara mendadak. Aku yang penasaran dengan kapal tak dikenal itu segera pergi ke bagian depan kapal, menyusul Pak Briney yang sudah pergi duluan.

“Siapa kau? Mau apa?” tanya Pak Briney. Tiba-tiba seseorang yang menggunakan seragam Ranger berwarna hitam turun dari kapal cepat itu. Hei, bukankah itu... mereka?! “A-haha! Aku tak menginginkan apapun,” sahut si laki-laki yang bersama Vaporeon itu. Tahu-tahu orang itu menunjukku. “Aku hanya ingin melenyapkan gadis itu!”

No comments:

Post a Comment