Selamat Datang di blog ini!!
Ini adalah blog yang berisi fanfiction dan beberapa pengalamanku seputar dunia Pokemon.
Enjoy your stay, and don't forget to link back!!


Sunday, November 20, 2011

Bagian 44 - Poffin dan PokeBlock

~Sudut pandang Chisa~

“Wow, terima kasih banyak, ya...” ucap si cowok sambil memanggul keranjangnya. Aku hanya mengangguk sambil tersenyum kecil. “Uh, ya, sama-sama, dan maaf sudah menumpahkan keranjangmu,” balasku sambil membungkuk kecil. Tak kusangka, si cowok juga balas tersenyum. “Oh ya, aku Drew, aku tinggal di sekitar sini. Kamu siapa? Bukan orang sini, ya?” tanyanya. Huh? Agak kaget juga mendengar pertanyaannya. Aku pun menggeleng. “Umm... I-iya, begitulah... Aku Chisa,” ujarku balas memperkenalkan diri.

“Chisa. Hmm.” Ia bergumam , tak jelas apa maksudnya. “Apa yang sedang kamu lakukan di sini, malam-malam begini?” tanyanya. “Tidak cari penginapan?”

Aku menggeleng pelan. Uangku tidak banyak, jadi aku hanya bisa menginap di Pokemon Center yang mengizinkan Trainer menginap secara gratis. Tapi, karena aku takut bertemu dengan Luna untuk saat ini, kurasa aku tidak bisa pergi ke sana. Ugh, mungkin terpaksa aku harus mencari penginapan berbayar malam ini. “Umm, kurasa, aku akan mulai mencari sekarang,” kataku.

“Kalau begitu, mau menginap di tempatku?”

“Eeee?! Me-menginap di tempatmu?!” aku kaget mendengar tawarannya. Tapi, ia malah tertawa melihat reaksiku. “Orangtuaku pemilik penginapan. Kamu bisa menginap di sana,” ia menjelaskan. Ooh... begitu toh. Pikiranku malah melayang ke hal yang aneh-aneh! “Ehh... Tapi... umm... aku gak punya uang banyak,” cetusku malu-malu.

“Begitu? Yah, tidak apa-apa, kamu bisa menginap gratis, aku rasa. Lagipula orangtuaku tidak ada untuk beberapa lama, jadi aku yakin mereka tidak akan tahu,” katanya tiba-tiba. “Eh?! Memangnya boleh begitu?!” tanyaku. Cowok itu mengangguk mantap. “Penginapan kami memang tidak ramai, tapi yah... kalau cuma sekali ini, tidak apalah! Tapi...” ia membiarkan kalimatnya menggantung di udara selama beberapa saat dan berpikir. “Ah ya! Sebagai gantinya, kamu bisa membantuku untuk membuat PokeBlock. Bagaimana?”

Aku terdiam. Membuat PokeBlock? Hmm... Ini tawaran yang menarik! Apalagi, sebagai calon Koordinator Pokemon, aku harus jago membuat PokeBlock berkualitas tinggi, kan? Inilah kesempatanku! Pikirku dalam hati. Aku pun mengangguk. “Baiklah! Aku akan membantumu!”

***

Di penginapan...

Fuuh, segar sekali rasanya setelah mandi! Tiba-tiba Idea mengelus-eluskan kepalanya ke kakiku dan mengeong. “Oh? Lapar, ya?” tanyaku sambil membelai kepalanya. Aku pun teringat sesuatu. “Ah ya! Kita minta sama Drew saja... Dia bilang dia bisa bikin PokeBlock, kan?” gumamku.

Aku pun berlari-lari kecil menuruni tangga kayu penginapan. Idea, Mach dan Blazzy mengikutiku dengan riang. Segera saja kulihat Drew sedang sibuk di belakang meja dapur penginapan. Ia sedang berkutat di depan sebuah blender untuk membuat PokeBlock. Di sampingnya ada keranjang kecil dengan berbagai macam Berry.

“Hei, Chisa!” ia memanggilku mendekat. “Sudah pernah membuat PokeBlock sebelumnya, kan?”

Aku mengangguk. “Tapi aku ‘nggak terlalu jago,” kataku. “Kurasa aku lebih bisa bikin Poffin.”
Drew mengalihkan pandangannya dari blender dan memandangku. “Poffin? Kue terkenal dari Sinnoh itu?” tanyanya. Aku mengangguk lagi. “Sebenarnya, dulu aku tinggal di Hearthome. Baru beberapa bulan yang lalu aku pindah ke sini,” jelasku.

Drew terbelalak. “Hearthome? Kota pusat Kontes Pokemon Sinnoh? Keren!” pujinya. Mendadak wajahku panas! “Wah, kalau begitu kamu harus mengajariku! Aku payah sekali bikin Poffin!” ujarnya sambil tertawa. “Tidak masalah, aku cuma butuh bahan-bahannya!” ucapku. Drew pun melangkah ke kabinet dapur dan mengeluarkan sebungkus tepung, sekotak besar MooMoo Milk, serta beberapa butir telur Blaziken (?). “Nah, sekarang tunjukkan padaku caranya.”

Hmm, gampang, pikirku senang. Segera saja kuambil berbagai alat membuat kue dan meracik adonan. Terakhir, kumasukkan adonan ke panci dan mengambil beberapa Pecha Berry, kemudian mengaduknya dengan cepat. “Adonan Poffin harus diaduk dengan cepat, karena mudah gosong. Tapi kamu juga harus hati-hati agar adonannya tidak tumpah,” jelasku sambil terus mengaduk. Drew manggut-manggut. Setelah beberapa menit, adonan Poffin pun matang. “Nah, ini dia, Poffin rasa manis!”



Drew mencicipi sedikit. “Hmm, enak juga!” serunya senang.
”Nah, sekarang giliranmu mengajari aku cara membuat PokeBlock!”
“Baiklah, baiklah,” kata Drew. Ia menunjukkanku sebuah blender PokeBlock. “Jadi, kau sudah tahu cara kerjanya, kan? Lumayan seru. Masukkan Berry ke sini...” Ia mencemplungkan sebuah Chesto Berry ke dalam lubang di tengah blender itu. “Sekarang, kau pilih Berry-mu.”

Aku memasukkan Wiki Berry. Mesin itu mulai berputar. “Nah, saat panahnya mengarah ke tombolmu, segera pencet!” ujarnya bersemangat. “Uh, tapi... ini justru kelemahanku,” keluhku.

Namun Drew tidak menggubris, karena ia segera memencet tombolnya dan tepat sasaran. Saat hampir tiba giliranku, aku memencetnya terlalu cepat, sehingga meleset. Uh! Menyebalkan! Dan begitulah seterusnya. Ia selalu bisa memencet dengan tepat, sedangkan aku hanya bisa melakukannya dua-tiga kali. Belum lagi, setiap Drew berhasil memencetnya dengan tepat, blender PokeBlock bertambah cepat, sampai-sampai aku khawatir mesin itu bakal meledak saking cepatnya! Belum lagi, Drew masih saja bisa memencet dengan tepat bahkan pada putaran paling cepat. Ckckck, hebat sekali anak ini!


Akhirnya PokeBlock-nya jadi. “Taraa! PokeBlock Biru!” seru Drew sambil menyodorkanku beberapa buah kotak-kotak kecil berwarna biru. PokeBlock. Oh, yah. “Umm... apa ini bisa dimakan?” tanyaku ragu-ragu.

“Coba saja.”
“Uuh.” Kuambil satu dan kumasukkan ke mulutku. Rasanya... uh, bagaimana ya mendeskripsikannya? Rasanya... kering...

“Bagaimana?” tanya Drew.

“Tidak... enak...” erangku sambil berusaha menelan permen itu. Uhh, rasanya sedikit mengerikan. “Oh ya, tapi mungkin Blazzy suka?”
Kukeluarkan Blazzy dari PokeBall-nya dan kuberikan PokeBlock itu padanya. Ia sepertinya sangat menyukainya... padahal, sungguh, rasanya tidak enak! Aku heran kenapa ia bisa suka...

“Selera Pokemon ‘kan berbeda-beda tergantung sifatnya,” ujar Drew seolah bisa membaca pikiranku. “Yah, begitulah,” aku menyahut.

Drew mendongak melihat jam. “Sudah malam. Kau tidak tidur?” tanyanya. Oh, ya! Besok... Besok ‘kan aku berencana untuk... “Wah, iya, aku mau bangun pagi-pagi besok!” seruku. “Umm, selamat malam, Drew! Terima kasih sudah mengajariku membuat PokeBlock!”
Drew tersenyum senang. “Sama-sama, Chisa!”

No comments:

Post a Comment