Selamat Datang di blog ini!!
Ini adalah blog yang berisi fanfiction dan beberapa pengalamanku seputar dunia Pokemon.
Enjoy your stay, and don't forget to link back!!


Tuesday, December 14, 2010

Bagian 25 - Misi Baru

Laut terlihat begitu tenang. Aku menggerakkan tangan dan kakiku, berenang-renang tanpa arah. Di sekitarku, beberapa Staryu, Krabby dan Magikarp juga berenang hilir-mudik. Matahari bersinar terik. Siang hari ini memang sangat tepat untuk berenang!

Akan tetapi, mendadak segulung ombak raksasa datang dan menenggelamkanku! Sial, aku bahkan belum bisa berenang dengan baik, bagaimana ini?! Aku megap-megap, leherku serasa tercekik. Perlahan-lahan air mulai masuk memenuhi hidung dan mulutku. Aku tak bisa berpikir dengan benar. Yang kulihat hanyalah cahaya matahari yang masuk menembus air laut.

Aku pasti mati...

Namun tiba-tiba, sesuatu menarik tubuhku dan dengan cepat membawaku kembali ke permukaan. Haah! Akhirnya! Aku bisa bernapas lagi! Sambil mengatur napasku yang terengah-engah, aku melihat sang penolongku.

“La... Lapras?” gumamku dengan suaraku yang masih bergetar. Aku sedang duduk di atas punggung seekor Lapras kecil. Pokemon Air itu tersenyum padaku, lalu berenang menuju tepian pantai. Begitu sampai di tepi pantai, aku pun buru-buru turun dari punggungnya. “Te-terima kasih banyak, ya!”

Lapras itu berbalik, tersenyum padaku sekali lagi dan menyerukan sesuatu dalam bahasa yang hanya ia yang mengerti, dan ia pun kembali berenang menuju kelompoknya yang sudah menunggu di tengah lautan lepas.

***

Hoenn, 7 tahun kemudian.

PokeGear-ku masih menunjukkan pukul 10 pagi, namun matahari sudah bersinar terik. Suara ombak lautan yang berdesir memenuhi kota tempatku berada sekarang. Ya, di sinilah aku, di kota pelabuhan Slateport yang berada di wilayah Hoenn.

“Paaaaanaaaaasss...” erangku sambil mengusap peluh. Moe, si Ditto yang sedari tadi nongkrong di pundakku, juga menggeliat kepanasan. Hari itu, kami baru saja sampai di Hoenn setelah menempuh perjalanan panjang dengan kapal dari Fiore.

Saat itu, sudah mendekati akhir tahun. Ketika daerah-daerah lainnya sedang dilanda cuaca dingin dan bahkan salju, tapi Hoenn tidak. Wilayah tropis ini selalu hangat—bahkan panas—sepanjang tahun! Tapi harus kuakui, Hoenn memiliki pemandangan yang luar biasa indah, dan Pokemon-Pokemon eksotis yang tidak akan ditemukan di wilayah lain.

Aku menarik secarik kertas dari saku celana pendekku. Sebuah kertas alamat yang diberikan oleh mentorku di Akademi Ranger, Spenser dari kota Ring. “Hmm, laboratorium Profesor Birch ada di kota Littleroot... sepertinya kita harus jalan cukup jauh, Moe,” ucapku. Tapi Moe tidak mempedulikannya. Sepertinya ia sudah sangat kelelahan karena ia memang tidak terbiasa dengan cuaca panas.

Kumasukkan lagi kertas bertuliskan alamat tersebut ke saku celanaku, lalu aku mulai berjalan. Lalu aku teringat sesuatu. “Eh, Kota Littleroot itu jalannya ke mana, ya?” gumamku sambil garuk-garuk kepala.

Tapi karena hari itu benar-benar panas, aku pun memutuskan untuk beristirahat saja di bawah pohon di dekat gerbang utara kota Slateport. Haah, baru segini saja sudah bikin capek...

Tiba-tiba, SREKK SREKK! Terdengar suara gemerisik dari semak-semak di dekatku. Langsung kucari asal suara itu. Mendadak, dua sosok makhluk kecil meloncat ke arahku.

"Wuah!" seruku kaget. Di hadapanku ada sesosok Pokemon kecil--satu berwarna kuning-biru dan yang lainnya berwarna kuning-merah. Kalau tidak salah, namanya Minun dan Plusle.

"Hey, mau ke mana kalian?" tanyaku ketika dua makhluk menggemaskan itu saling susul-menyusul berlari ke arah gerbang Kota Slateport. Dengan rasa penasaran aku pun mengikuti mereka pergi, keluar dari kota.

Mengetahui kalau aku mengikutinya, mereka malah mempercepat lari mereka. Mungkin mereka mengira aku sedang bermain-main dengan mereka. Dari tasku, aku menarik keluar sebuah kamera digital hadiah ulang tahunku yang ke-13 beberapa waktu yang lalu, bersiap untuk memotret mereka. Tapi tiba-tiba...

“Tolong!!”

Aku, Plusle dan Minun berhenti. Suara siapa itu? Dari kejauhan, aku melihat seorang pria sedang dikepung dua Mightyena. “Seseorang tolong aku!”

Tanpa pikir panjang lagi, aku pun menghampiri pria itu. Salah satu Mightyena yang menyadari kehadiranku menyalak galak ke arahku. Matanya merah sewarna darah. “Tuan, Pokemon siapa ini?” tanyaku. Moe si Ditto sendiri sudah bersiaga untuk menyerang Mightyena itu.

“A-aku tidak tahu! Mereka muncul begitu saja dari balik semak-semak!” sahut pria itu ketakutan. Mungkin Pokemon liar, gumamku. Kukeluarkan sebuah alat berwarna merah dari sakuku: sebuah Styler, alat yang biasa digunakan Pokemon Ranger untuk menjinakkan Pokemon-Pokemon liar. Dan itulah tugasku sekarang, seorang fresh graduate dari Akademi Ranger wilayah Fiore. “Tuan, sebaiknya anda mundur... dan Moe, berubahlah jadi Pokemon tipe listrik apapun dan lumpuhkan mereka!”

Kuaktifkan Styler, dan keluarlah sebuah capture disc, yaitu sebuah alat berbentuk gasing yang akan berputar mengelilingi dan memerangkap Pokemon liar untuk kemudian menjinakkan mereka. Tapi untuk itu, diperlukan beberapa putaran. Makanya aku butuh bantuan Moe untuk melumpuhkan para Mightyena agar mereka tidak menyerang capture disc sementara aku mengontrol alat itu untuk membuat lingkaran yang cukup untuk menjinakkan mereka.

Dengan Styler, kugerakkan capture disc dengan cepat, membentuk lingkaran di antara kedua Mightyena itu. Benar saja, mereka terlihat tidak suka dengan hal itu, dan bersiap hendak menerjang capture disc. Tapi tepat sebelum hal itu terjadi, Moe yang berubah menjadi Elekid berhasil melumpuhkan mereka dengan gelombang listrik. “Kerja bagus!” pujiku. Perlahan-lahan, Mightyena yang tadinya garang mulai terlihat melunak. Mata mereka yang tadinya merah menyala perlahan-lahan mulai meredup. Berhasil!

Kusimpan kembali capture disc dan Styler ke dalam sakuku. “Nah, sekarang mereka sudah jinak,” kataku pada pria itu. Kedua Mightyena itu sendiri mengibas-ngibaskan ekornya dengan wajah senang sebelum mereka akhirnya berlari ke balik semak-semak. Pria itu tampak lega. “Fyuuhh... syukurlah. Terima kasih sudah menolongku, Ranger muda,” ucapnya gembira. Aku menggeleng. “Itu memang sudah jadi tugasku, tidak masalah.”

“Oh ya, kenalkan! Aku Rydel, pemilik toko sepeda terkenal di Kota Mauville. Hari ini kami mengadakan lomba balapan yang akan berlangsung dari titik start di Mauville sampai finish-nya di Slateport, apa kau mau ikut?” tawar Rydel. “Euh, tapi... aku tidak bisa naik sepeda...” gumamku pelan. Rydel tertawa. “Oh, ini bukan balapan sepeda, gadis manis! Tapi, yah, kau tentu saja bisa menggunakan sepeda di balapan ini,” ujarnya. “Kalau kau tak bisa naik sepeda, kau bisa mengendarai Pokemon-mu. Banyak orang yang melakukannya setiap tahun. Jadi, bagaimana?” katanya lagi.

“Yah... baiklah, kalau kau memaksa,” sahutku. “Oh ya, ngomong-ngomong, namaku Luna.”

“Baiklah Luna, sekarang, ayo kita ke Mauville. Ada seorang peserta lain yang sedang menungguku di sana,” katanya. “Biar cepat, ayo kuberi tumpangan!” tawarku sambil naik ke punggung Moe yang kini berwujud seekor Dragonite besar. Pria itu tertawa. “Itu ide yang bagus, Luna!”

Maka, dengan kecepatan penuh kami melesat menuju Kota Mauville. Tidak seberapa lama kami sudah sampai di kota yang cukup ramai itu. Kami mendarat di dekat toko sepeda milik Rydel. Pria itu buru-buru masuk ke dalam hendak mengambil sesuatu. Tak sampai tiga menit, ia keluar lagi membawa sebuah kartu kecil berbahan plastik.

“Nah, ini kartu tanda pesertamu,” ujarnya. Aku menerima kartu itu dengan agak ragu. “Lombanya akan dimulai beberapa saat lagi, ayo kita segera ke garis start-nya!”

No comments:

Post a Comment