Selamat Datang di blog ini!!
Ini adalah blog yang berisi fanfiction dan beberapa pengalamanku seputar dunia Pokemon.
Enjoy your stay, and don't forget to link back!!


Friday, October 15, 2010

Bagian 17 - Percaya atau Tidak?

Dengan hati-hati, dan sebisa mungkin tanpa suara, aku membuka jendela, meloncat ke luar, dan berjingkat-jingkat menuju Safari Zone. 

"Psst! Di sini!"

Aku menoleh. Di balik kerimbunan semak-semak, aku melihat seseorang berpakaian serba hitam sedang bersembunyi.

"Engh... apa yang kau lakukan di sini?" tanyaku setengah berbisik. "Waktu ini, kau... apa yang kau lakukan di Silph...?"

"Yeah, yeah, aku memang menyusup masuk, tapi aku ke sana untuk mencari data seseorang saja," potongnya. "Tapi polisi-polisi payah itu tidak akan bisa menahanku lama-lama. Ha! Ini dia," Kemudian ia mengeluarkan beberapa pucuk kertas dari balik jasnya. "Ini, sebenarnya aku berhasil mendapatkannya, tapi kusuruh Duskull dan Gengar untuk menyembunyikannya," jelasnya padaku sambil menunjuk ke kedua Pokemon-nya. Wah, ternyata dia punya Duskull, yang merupakan Pokemon asli Hoenn!

Kulihat kertas-kertas yang dipegangnya. Sepertinya itu semacam data diri seseorang. Kuperhatikan nama dan foto orang itu. Hmm... Tunggu! Sepertinya aku pernah melihat orang ini!

"Siapa ini?" tanyaku pada Verise. "Well... Konon dia adalah satu-satunya orang yang selamat dalam kecelakaan yang terjadi di Rumah Pokemon. Dan..." Verise celingak-celinguk, memastikan tidak ada orang di sekitar. "...dia adalah salah satu ilmuwan yang terlibat dalam pembuatan Mewtwo."

Aku terbelalak tak percaya. Orang ini...? Berarti kemungkinan besar ia tahu di mana Mewtwo berada! Tapi... entah kenapa, aku merasa pernah melihat foto ini... Hei, ini kan...!

"Ah! Iya!" seruku tiba-tiba. Verise yang kaget buru-buru menyuruhku diam. "Ada apa?" tanyanya.

"Aku tahu siapa orang ini! Dia ini Pak Fuji yang tinggal di Kota Lavender!" kataku setengah berbisik. "Lihat, nama belakangnya juga sama!"

"Apa kau yakin?" Verise sangsi. Aku mengangguk mantap. "Nggak salah lagi! Mereka orang yang sama!"

"Yeah, kalau begitu, coba tanyakan padanya, apakah ia tahu soal Mewtwo... Aku tak bisa melakukannya, kau lihat? Aku buronan sekarang," desah Verise. Kemudian ia memasukkan kembali berkas-berkas tersebut ke dalam jasnya. Aku mengangguk senang. "Baiklah! Tak jadi masalah!"

"Oh, ya? Tapi bagiku itu bermasalah!"

Aku dan Verise menoleh kaget. Sunny! Sejak kapan ia berada di sana?! Belum sempat aku bertanya, ia langsung menyambung, "Dan aku tak percaya padamu, pembohong! Kau orang jahat!"

"Bodoh, dia tidak bermaksud..."

"Aah, sudahlah, ayo cepat balik ke rumah! Nanti ketahuan," omel Sunny sambil menyeretku. Aku berusaha melawan, tapi sudah terlambat. Sementara itu, kulihat Verise telah menghilang di tengah kegelapan.

***

Esok paginya, aku berusaha menceritakan kejadian kemarin pada Sunny agar dia mau meminjamkan Spear-nya untuk terbang ke Kota Lavender.

"Heh, kau pikir aku mau percaya semudah itu?" ujar Sunny tenang. Ia sedang asyik melemparkan makanan ke arah Pokemon yang melintas. Grrh, habis sudah kesabaranku. "Ayolaah, apa kau mau Giovanni menguasai tempat tinggalmu?!"

"Iya, iya deh," akhirnya Sunny menyerah. "Ayo cepat naik! Spearow, ke Kota Lavender!"

***

"Hmm? Mewtwo?"

Pak Fuji hanya memandang ke luar jendela rumahnya, mungkin menatap puncak Menara Pokemon. Siang hari itu juga, kami sampai di Kota Lavender dan aku langsung menanyakannya tentang Mewtwo. Sunny sendiri, sepertinya mulai tertarik dengan pembicaraan ini.

"Iya, apa bapak pernah mendengarnya?" tanyaku berharap. Tak disangka, beliau langsung menoleh, pandangannya tajam ke arahku. "Katakan, Nak, dari mana kau tahu soal Pokemon itu? Siapa yang memberitahumu?"

Uuh, apa boleh memberitahunya? Aku melirik ke arah Sunny, tapi ia hanya memberikan tatapan cuek. Akhirnya, aku pun menyerah. "Uhm... dia bilang namanya Verise."

"Verise?" ulang Pak Fuji. Aku mengangguk. "Uh, yang diberitakan baru-baru ini karena membobol Silph Co."

BRAKK!!! Seketika Pak Fuji menutup jendela rumahnya dengan keras, membuatku dan Sunny terlonjak kaget. "Verise?! Verise Armana?!"

"Umbh... Kami tidak tahu nama belakangnya, sih... Anda mengenalnya?" tiba-tiba Sunny angkat bicara.

Pak Fuji hanya menghela napas dalam-dalam. "Ah... Ya, aku mengenalnya...," jawabnya lirih. Aku dan Sunny mematung menunggu lanjutan kata-katanya. "Dia adalah putra Tuan Armana yang tidak berhasil selamat dari insiden itu."

Cerita-cerita Pak Fuji selanjutnya benar-benar membuat kami tercengang. Rupanya dulu, ia, bersama dengan Blaine dan Dr. Armana adalah peneliti yang mendalami Pokemon legendaris bernama Mew yang hidup di Pulau Terluar di bagian selatan kawasan Hoenn. Ketika keterbatasan dana mengancam kelanjutan penelitian mereka, datanglah Giovanni yang menawarkan mereka biaya untuk melanjutkan penelitian, dengan syarat, mereka harus menciptakan Pokemon hasil klon dari Mew untuknya.

"Kami melakukan penelitian di tempat yang sekarang disebut dengan Rumah Pokemon dan berhasil membuatnya, tapi karena suatu kesalahan, Mewtwo berubah menjadi sangat ganas dan menghancurkan lab serta menewaskan beberapa staf kami, termasuk juga Dr. Armana. Hanya aku dan Blaine yang selamat, tapi kami mengganti identitas kami dan memutuskan untuk merahasiakan semua ini," ceritanya panjang lebar.

Aku hanya bisa tertegun. Tiba-tiba Sunny menyela, "Tunggu, apa jangan-jangan penyerangan Tim Roket sebelumnya itu...?"

Pak Fuji mengangguk. "Sepertinya mereka mendapatkannya dari data-data kami yang masih ada ketika kami bekerja di Silph Co., dan kemudian datang ke mari... Tapi mereka langsung lari begitu polisi datang."

"Hei, tunggu..." tiba-tiba aku menyadari sesuatu. "Bagaimana dengan Pak Blaine? Bukankah ia juga tahu tentang Mewtwo?"

Sunny mengangguk. "Pastinya... Tapi kenapa Tim Roket tidak..."

Ah! Akhirnya aku menyadari sesuatu. "Hei, Sunny, ingat waktu kita hendak pergi dari Cinnabar, dan Kak Chii bilang Pak Blaine sudah semalaman tidak pulang?"

Sunny mengiyakan, mendadak matanya membelalak. "Ya! Bisa saja itu terjadi."

Baru saja kami hendak beranjak ketika terdengar berita dari televisi yang sedang menyala di ruangan tersebut.

"Permirsa, kami baru saja menerima laporan bahwa telah terjadi kekacauan di beberapa tempat, seperti, meningkatnya gelombang laut dan munculnya angin ribut. Dilaporkan juga bahwa Gunung Ember di Kepulauan Sevii telah menunjukkan tanda-tanda aktivitas setelah bertahun-tahun tidak aktif. Diharapkan..."

Aku dan Sunny saling pandang. Sementara itu Pak Fuji terlihat kebingungan. "Apa yang akan kalian lakukan?"

"Sesuatu yang besar... yeah, mungkin!" sahutku dan Sunny berbarengan sebelum kami melangkah ke luar rumah.

No comments:

Post a Comment