Selamat Datang di blog ini!!
Ini adalah blog yang berisi fanfiction dan beberapa pengalamanku seputar dunia Pokemon.
Enjoy your stay, and don't forget to link back!!


Friday, October 15, 2010

Bagian 16 - Meragukan

Kurasa mata Sunny hampir copot ketika aku menceritakan isi berita barusan padanya.

"YANG BENER?!" tanyanya setengah menjerit. Argh, sampai-sampai beberapa pengunjung menoleh! Buru-buru kubekap mulutnya. "Jangan teriak-teriak begitu, bodoh!" gertakku.

Sunny melepaskan tanganku dengan paksa. "Iya, tapi apa benar? Verise membobol Silph Co.?!" kali ini ia berbicara dengan bisikan yang keras. "Begitu sih yang kudengar di TV," sahutku lemas. Sunny masih terlihat shock, tidak percaya. "Padahal kupikir dia orang baik."

"Aku juga berpikir begitu," gumamku sambil menyeruput milkshake-ku. Aku benar-benar tidak habis pikir. Kenapa Verise sampai membobol Silph Co.? Apa yang dicarinya? Apakah ini ada hubungannya dengan pencarian Mewtwo?

Besok paginya aku dan Sunny memutuskan untuk terbang ke Kota Fuschia. Aku ingin mengalahkan kakakku lagi dan Sunny juga ingin bermain di Safari Zone setelah sebelumnya tidak datang. Sebelum pergi, aku memutuskan untuk menemui Pak Blaine. Tapi sayangnya, kami hanya berhasil menemui Kak Chii.

"Pak Blaine tidak ada sejak kemarin malam," ujarnya. Huh? "Memangnya beliau ke mana?" tanyaku penasaran. Kak Chii hanya angkat bahu. "Kurasa ia pergi ke Kepulauan Sevii dengan Mantine, tapi sampai sekarang belum kembali... Oh, dia memang biasa begitu," jelas Kak Chii. "Tenang saja, akan kusampaikan salam kalian kalau dia sudah pulang."

"Baiklah, sampai jumpa Kak!" kata Sunny. Kemudian kami pun naik ke punggung Spear dan segera melesat menuju Kota Fuschia.

Tak sampai 15 menit kami pun sampai di Kota Fuschia. Ibuku yang sedang menyiram tanaman tampak kaget melihatku dan Sunny. "Oh wow, kau kembali lagi, Luna!" kata ibu senang. "Dan ini pasti yang namanya Sunny, ya?"

Sunny mengangguk dan tersenyum manis. Ibuku tertawa kecil. "Ya ya, Luna sering bercerita tentangmu! Ah, ayo kalian berdua masuk!"

Di dalam, ibu menyuguhkan kue untuk kami berdua. Hmm, enak! Sunny juga sepertinya mudah nyambung dengan ibuku. Bagus deh.

"Lho? Luna sudah pulang?"

Aku menoleh. Ah, ternyata itu Kak Janine! "Hee, aku pulang, Kak!" sahutku. "Sunny ikut, ya?"

"Iya! Aku ingin main-main di Safari Zone!" serunya senang. Ah, dasar! "Baiklah, kalau begitu, mau ikut? Aku mau membantu Warden si penjaga Safari."

"Mau! Mau!!" sorak Sunny kegirangan. Ibuku dan kakak hanya tertawa melihat tingkahnya. Dasar Sunny, selalu saja paling semangat!

Membantu pekerjaan Warden si penjaga Safari Zone itu seru juga. Membersihkan taman, memberi makan, dan terkadang melerai jika ada yang berkelahi. Oh ya, tak lupa aku memperlihatkan Latte pada kakakku. Dan seperti dugaanku, ia sangat iri melihatku punya Pokemon Shiny! Hehehe!

Selesai membantu, aku dan kakak duduk-duduk di rerumputan sementara Sunny asyik bermain dengan sekumpulan Chansey. Sesekali aku juga melemparkan makanan Pokemon pada para Pokemon yang lewat. Latte sendiri sedang beristirahat di dekatku.

"Hmm, jadi..." kata kakakku berbasa-basi. "Sudah merasa lebih kuat setelah mengalahkan si Pak Tua Blaine?"

"Yeah, kali ini pasti aku bisa mengalahkanmu," kataku tenang. "Lagipula aku punya Latte sekarang."

"Wah wah, sombong sekali kau. Bell, Pisau Daun!"

WHUZZ!! Tahu-tahu Kak Janine menyerang Latte dengan menggunakan Victreebel-nya! "H...hei, kok tiba-tiba?!" protesku. Tapi Kak Janine hanya tertawa. "Kalau mau jadi seorang Trainer yang hebat, kau harus siap bertarung dalam keadaan apapun!"

Ugh, dasar orang aneh! Tapi mau tak mau aku harus melayani tantangannya. "Latte, Flamethrower!"

BRUZZHH!! Latte mengeluarkan semburan api dari tubuhnya, namun tak disangka, Bell menghindar dengan cepat. "Payah kau! Pisau daun sekali lagi!"

WHUZZ!! Kali ini Latte berhasil menghindar. "Flamethrower!" perintahku lagi. Kali ini semburan api Latte mengenai Bell dengan telak, namun ternyata masih belum cukup untuk mengalahkannya. "Bell, gunakan Badai Daun!"

Uh-oh, Badai Daun adalah serangan yang sangat kuat, bahaya kalau sampai terkena! Bell membuat angin bertiup dan dedaunan di sekitarnya berputar dengan kecepatan luar biasa. Huh, tapi Latte tidak akan kalah semudah itu. "Latte! Aerial Ace!"

WHUSSH!! Latte terbang dengan kecepatan penuh, menembus badai dedaunan dan menubruk tubuh Bell dengan keras. Bell terlempar jauh, tidak mampu bangkit lagi.

"Bagus juga! Spectra, giliranmu!" seru Kak Janine.

Uh, Spectra pasti sudah jadi jauh lebih kuat sejak terakhir kali ia mengalahkan Haze dulu. "Latte, Aerial Ace!" perintahku. Kak Janine hanya terkekeh. "Jaring Laba-laba, Spectra!"

SYUUT! Tubuh Latte terperangkap dalam jaring yang ditembakkan Spectra! "Latte, Flamethrower!" perintahku lagi. Latte pun menembakkan semburan api, dan membakar habis jaring laba-laba yang mengurungnya. Yes! "Sekarang, Aerial Ace!"

"Spectra, Pin Missile!"

Wuups! Latte berhasil menghindari tembakan jarum-jarum dari Spectra. Ia menubrukkan tubuhnya ke tubuh Spectra dengan keras, tapi sepertinya Spectra masih bisa bertahan. "Heh, jangan kira semudah itu! Gunakan Solarbeam!"

Seketika tubuh Spectra bersinar. Sepertinya ia sedang menyerap sinar matahari yang memang diperlukan untuk melancarkan serangan Solarbeam. Tapi, itu terlalu lambat! "Latte, Giga Impact!"

Latte terbang dengan kecepatan tinggi ke angkasa, tubuhnya berputar kencang, lalu dengan cepat pula ia menubruk Spectra dengan kekuatan yang besar. Yeah! Kena telak!

"Kerja bagus, Latte!" pujiku senang. Kak Janine memasukkan Spectra ke dalam Poke Ball-nya sambil terkekeh. "Sudah kuduga, sudah kuduga! Kau memang bertambah hebat," ujarnya, lalu melemparkan sesuatu ke arahku. Wah, Lencana Jiwa!

"Eeeh... Serius nih?!" tanyaku tidak percaya. "Tentu saja bodoh! Peraturannya, kalau seorang Ketua Gym kalah, ia harus menyerahkan Lencana, bukan begitu?" sahut kakak sambil mengedipkan sebelah matanya.

***

Tak terasa, sudah larut malam. Ini gara-gara tadi aku, kakak dan Sunny keasyikan main kartu. Setelah aku menggosok gigi, aku pun tidur di kamarku. Sunny juga sudah tidur duluan di ruangan yang sama. Huh, dasar!

Baru saja aku hendak menarik selimutku, tiba-tiba aku merasakan hawa dingin menyelimuti sekujur tubuhku. Seketika bulu kudukku merinding. Ada apa ini?! Belum sempat aku bertanya, tiba-tiba aku melihat sepasang mata berwarna merah menyala dengan seringai mengerikan muncul di jendela kamarku!!

"Kyaahh...!!" Aku berusaha menjerit, tapi anehnya, mulutku seolah dibekap! Perlahan, muncul asap berwarna ungu kehitaman masuk ke dalam kamarku lewat jendelaku. Lama-kelamaan asap itu pun membentuk sesosok... Gengar!

Aku ingin berteriak, tapi tak ada suara yang keluar. Sunny juga tidak bangun-bangun, sementara Pokemon-ku kubiarkan di Safari Zone. Bodohnya aku ini! Badanku juga tidak bisa digerakkan!

Gengar itu mendekat, dan ketika aku hampir pingsan karena ketakutan, ia menjulurkan tangannya dan... menyerahkan sepucuk kertas. Apa itu? Dengan tangan gemetaran aku mengambil kertas itu dari tangannya. Perlahan, Gengar itu pun kembali berubah menjadi asap dan menghilang begitu saja.

Buru-buru kubuka kertas itu. Hmm, aku tidak pernah melihat tulisan tangan ini sebelumnya. Tapi aku merasakan jantungku hampir copot ketika aku selesai membaca isinya.

"Temui aku sekarang juga di depan Safari Zone - Verise."

No comments:

Post a Comment